Disusun oleh :
(Kelompok Bunga Krisan)
1. UMI NURHIDAYATI NIM 137835059 (Penggunggah)
2. A. ERNEST NUGROHO NIM 137835070
3. PRASTIWI NIM 137835069
ALIRAN TAGMEMIK
TEORI, ANALISIS, dan PENERAPAN dalam KALIMAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu pendekatan untuk mempelajari bahasa menekankan bahwa manusia sebagai pemakaia bahasa mempengaruhi hakikat satuan-satuan bahasanya. Reaksinya terhdapa bahasa menjadi bagian dari data yang hars dipelajari dalam studi bahasa, karena anggapan dalam reaki adalah bgaian dari definisi struktur bahasa. Daftra dan jenis benda yang ditemukan pengguna bahasa akan sangat berbeda karena bergantung teori yang dipegangnya. Teori yang dipakai akan memunculkan beberapa implikasi, karena teori itu merupakan bagian dari pengamat. Implikasi berangkai itu adalah 1) teori yang berbeda membentuk pengamat yang berbeda, 2) pengamat yang berbeda melihat benda yang berbeda atau benda sama tetapi menanggapnya tersusun secara berbeda, 3) struktur pada batas tertentu harus merupakan bagian data dari teori bahasa yang memadai. Hal ini terlihat dari perjalanan aliran linguistik mulai dari tradisional, struktural, transformasional, dan tagmemik.
Aliran linguistik tertua adalah aliran Tradisional (abad IV) dipelopori oleh Plato dan Aristoteles dengan menggunakan dasar pemikiran filsafat. Tata bahasa mereka dinamakan tata bahasa Normatif. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah secara ketat dan konsisten. Aliran ini masih mencampuradukan bahasa dalam arti yang sebenarnya dengan tulisan. Tokoh-tokoh diantaranya: Zaandvoort, C.A Mees, Van Ophuysen, R.O Winstedt, Poedjawijatna, Tardjan Hadidjaja.
Selanjutnya pada awal abad XX lahir aliran Struktural yang dipelopori oleh Ferdinan de Saussure berlandaskan pada pola pemikiran behavioristik. Bahasa dirumuskan sebagai suatu sistem tanda arbriter yang konvensional. Kegramatikalan ditetapkan berdasarkan keumuman. Level gramatikal tertata secara pilah dari morfem, kata, frase, klausa dan kalimat. Tokoh-tokoh diantaranya: Leonard Bloomfield, Eugine Nida, Charles F. Hockett, Ch. C. Fries, Eduard Sapir, N.S. Trubetzkoy, Willem Francis Mackey, R. Jacobson, Martin Joos, Anton Moeliono, M. Ramlan.
Berikutnya pada tahun 1967 muncul aliran Transformasi yang dipelopori oleh N. Chomsky berdasarkan pada paham mentalistik. Bahasa merupakan proses kejiwaan di lapis batin. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah yang diterapkan secara kreatif. Dalam level gramatikal aliran ini tidak mengakui adanya klausa. Tokoh- tokoh yang disebut antara lain P. Postal, J.A. Fodor, M. Halle, R. Palmatier, L. Lyons, Y.P.B. Allen, P. Van Buren, R.D. King, R.A. Jacobs, J. Greene.
Mengiringi perkembangan aliran Strukturalisme muncul aliran Relasionalisme. Nama lain aliran ini ialah Stratifikasionalisme. Aliran ini beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu perangkat hubungan antar bagian yang membangun satu seri tata urut tataran- tataran didalam suatu struktur yang berkaitan satu sama lain. Tokoh- tokoh yang dapat disebut anntara lain Hielmsev, S. Lamb, F. West, Geoffery Sampson. Setelah itu muncul aliran yang lain yakni Case Grammer. Aliran ini memfokuskan kajiannya pada masalah peran (role). Peran adalah ciri atau penanda dalam struktur gramatik yang merupakan pembawa fungsi suatu komponen didalam struktur. Tokoh- tokoh yang dapat disebut antara lain J.M. Anderson, Ch. J. Fillmore, R.E. Longacre, W.A. Cook.
Aliran tradisional menempatkan bahsa tulis sejajar dengan bahasa lisan, tetapi aliran struktural memiliki konsep bahwabahas tulis bukanlah bahasa yang sebenarnya. Bahasa yang sebenarnya adalah bahasa lisan yang merupakan produk ujaran. Sedangkan aliran struktural berbeda dengan aliran transformasi. Aliran struktural beranggapan bahwa bahasa merupakan factor kebiasaan namun pada aliran transformasi dikatakan bahwa bahsa adalah factor turunan atau warisan. Aliran struktural beranggapan bahwa bahasa merupakan proses fisik dalam wujud rangsang-tanggap dengan kaidah terstandar namun dalam transformasi, bahas merupakan proses mental dengan kaidah yang bersifat kreatif.
Setiap aliran memiliki kelemahan dan sekaligus memiliki keunggulan yang mengakomodasi keistimewaan dari setiap aliran-aliran tersebut untuk diwadahi dalam peta yang proporsional.Aliran Tradisional mempunyai keunggulan dalam analisis fungsi-fungsi kalimat, aliran Struktural mempunyai keunggulan dalam analisis kategori-kategori gramatikal, aliran Case Gramar mempunyai keunggulan dalam analisis peran dan aliran Relasionalis mempunyai keunggulan dalam analisis hubungan antar bagian di dalam struktur. Disinilah implikasi teori merupakan bagian dari pengamat sangat terlihat.
Dalam pengertian itu, teori tagmemik merupakan teori dari berbagai teori yang menyatakan bagiamana pengamat secara universal mempengaruhi data dan menjadi bagian dari data tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika teori tagmemik tidak dapat membatasi minatnya hanya pada bahasa tetapi harus memandang bahasa dalam konteks yang lebih luas, yaitu mempelajari bahasa nonverbal secara umum dan juga dalam konteks prilaku pengamat yang khusus. Tagmemik adalah sebuah teori dalam linguistik karena memiliki sebuah nilai teori yang mencakup sebuah model yang memungkinkan tes lebih mendalam dan sistematis untuk hubungan antarvariabel. Tagmemik dapat mengantisipasi sifat kelemahan sebuah teori.
Sebuah teori ilmiah dikatakan bagus apabila teori itu menyisihkan dengan bijak materi yang relevan bagi pertanyaan lain tetapi yang tidak relevan bagi pertanyaan yang sedang diajukan. Sebuah permasalahan akan muncul jika cakupan data yang dengan atau tidak sengaja disisihkan oleh teori yang sebenarnya dapat merupakan teori yang berhasil. Menurut Pike (1992:5) tagmemik adalah salah satu teori linguistik yang seharusnya menjadi acuan pemililihan teori. Hal tersebut dikarenakan tagmemik mencakup perbaikan teknik untuk mengajar bahasa asing, penyiapan alphabet, pengejaran komposisi pada tingkat pertama, dan penyediaaan kerangka acuan multidisiplin ilmu (bahasa dan kebudayaan dan bahasa dengan psikologi atau filsafat). Sejalan dengan pendapat Carnap (dalam Pike 1992:6) tagmemik menggunakan pendekatan deduktif yang memiliki tiga bagian asumsi. 1) seperangkat kalimat aksiomatik awal yang berisi istilah dasar yang tidak didefinisikan oleh teori itu. 2) adanya penafsiran dengan rumus untuk mengamati data yang dianalisis. 3) perkiraan spesifik tentang data yang akan ditemukan.
Menurut Pike (1992:8) teori tagmemik bermula dari sebuah keyakinan yang mendasari pernyataan yang menuntut sikap konsekuensi dan komitmen. Oleh karena itu tagmemik memiliki sebuah penawaran konsep yang dapat digunakan untuk memahami dan memanfaatkan teori tersebut. Konsep yang diberikan dalam teori tagmemik digunakan untuk memahami perilaku manusia termasuk hakikat berbahasa dan untuk menemukan struktur prilaku tersebut. Konsep dalam tagmemik sebagai teori linguistik melengkapi konsep pratagmemik dalam perspektif, yakni bersifaf tagmemik, yang berasal dari bahas inggris tactics (taktik). Kata tersebut menunjukkan susunan terstruktur yang relevan dari satuan-satuan behavioral dalam hubungan dengan pandangan (emik) orang dalam tentang sistem behavioral. Sedangkan Menurut A Cook (1969: 7) dijelaskan bahwa tagmemik adalah:
“This unit was lebeled the tagmem, from the greek word tagma meaning”arrangement” and posited as the fundamental unit of grammatical arrangement, corresponding to the units of sound in phonology and the units of meaningful form in morphology.”
Aliran tagmemik menarik untuk dibahas, selain sebagai perkembangan aliran linguistik terakhir; karena ranah model analisis bersifat kompleks mulai dari morfem hingga wacana, juga tagmemik adalah teori linguistik yang elektik dan eklektik yang memilih unsur-unsur tertentu yang cocok untuk dipadukan menjadi satu kesatuan di dalam model analisis.
Hal lain yang melekat pada tagmemik adalah pengkajian aspek linguistik yang saling melengkapi dalam perspektif, memperkenalkan pada sebuah satuan, terdapat konteks hierarki dalam jalinan hierarki, serta adanya relevansi konteks. Sejalan dengan pemikiran A Cook (1969: 7), seoarang linguis yang beralih dari struktural (Ferdinand de Saussure dan Bloomfield) aliran tagmemik, bahkan sebelum Kenneth L Pike. Cook menyatakan bahwa :
“Tagmemic model, the resulting tagmemic model contains a grammar, a lexicon, and phonological component. Tagmemic analysis is a set of procedur f the description of language, with a basic grammatical unit called tagmem mapped into string type constructions located at specific level in grammar. The system was designed to meet correct field problem. Because of the large number of linguistist who have come to use the system and the frequency of their publications, the system of tagmemic analyisis is now of the major system of analysis in modern linguistics science.”
1.2 Fokus Permasalahan
Beberapa hal yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah :
a. ciri-ciri aliran linguistik tagmemik
b. tokoh-tokoh aliran linguistik tagmemik
c. kelebihan dan kekurangan aliran linguistik tagmemik
d. penerapan analisis aliran linguistik tagmemik dalam kalimat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri Aliran Tagmemik
Menurut Pike (1992:17) Aliran linguistik tagmemik memperkenalkan ciri berupa satuan yang tampak pada sebuah satuan berbentuk partikel yang berwujud benda nonbenda sebagai benda. Seperti abstraksi keindahan atau kekuatan dalam kalimat seperti keindahan itu sangat disukainya atau makanan itu sangat disukainya; suatu kekuatan telah menggoncangkan kami atau Bom itu mengguncangkan kami. Dari beberapa kalimat tersebut terlihat bahwa kelas unsur dapat diperlakukan seolah-olah kelas itu merupakan sebuah satuan.
Partikel dalam bahasa juga menjadi objek kajian dalam tagmemik. Partikel bahas dapt berupa bentuk bahasa, kata, bahkan ada partikel bahasa yang lebih besar daripada kata. Pada kalimat anjing galak itu menggigit tukang pos; Buldog itu menggigit tukang pos. partikel anjing galak itu adalah satuan yang lebih kecil, yaitu frase yang berfungsi sebagai subjek dalam klausa tersebut dan frse tersebut dapat digantikan dengan Buldog. Partikel dalam urutan linier dan spasial juga menjadi bahasan dalam tagmemik. Tagmemik menyebutkan ada unsure gelombang bahasa, yakni pemaduan bunyi bahasa yang berurutan, nukleas dan margin gelombang yang mencakup gelombang referensial.
Dalam konteks bentuk satuan, Pike (1992:37) dapat menggunakan rekognisi via kontras dan kemiripan, membanding-bandingkan untuk menemukan kontras, kontras dalam kerangka kontekstual, kotras dilihat dalam bentuk matriks, kontras dalam makna lisan dan perilaku. Adapun distribusi satuan itu adaalah satuan sebagai anggota sutu kelas subtitusi, satuan sebagai bagian suatu deretan struktural, dan satuan sebagai titik dalam suatu satuan. Paparan konsep bentuk satuan memperlihatkan cakupan tagmemik pada ranah tatana kalimat (sintaksis), leksikon, dan komponen fonologi. Keterkaitan satuan dalam konteks tagmem adalah sebagai berikut:
Menurut
Pike (1992:9) beberapa alat konseptual dalam teori tagmemik adalah:
Perspektif sebagai sudut-sudut pandang
pengamat yang saling melengkapi
Elemen terlihat sebagai partikel
Elemen terlihat sebagai gelombang
Elemen terlihat sebagai sebagai
medan
Satuan dianggap terstruktur
Dengan komponen-komponen
(cirri-ciri) kontrastif-identifikasional
Dengan menifestasi varian
Dengan distribusi yang sesuai
dengan kelas, urutan, dan siste
Hierarki-hierarki satuan sebagai
bagian dari keseluruhan
Fonologis
Gramatikal
Referensial
Konteks dianggap relevan
Dengan komposit bentuk-makna
Dengan perubahan
Dengan semesta alam
Berbagai
konsep lain yang juga bersinergi dengan konsep di atas seperti norma, peran, neuklas, leksikon, dan
emik. Menurut Soeparno (2008:9-15)
karakteristik toeri tagmemik adalah sebagai teori kesemestaan, bersifat
aklektik, setiap struktur gramatik tergabung atas tagmem-tagmem, memiliki ciri
hierarki refernsial dan fonologikal,
memiliki tatanan normal (Normal
Mapping)dan tak normal; Level
skipping (loncatan tataran), Layering,
Back Looping, kalimat tidak memiliki subjek dan predikat, predikat harus
berupa kata kerja (frase kerja), tidak ada batas antara morfologi dengan
sintaksis, analisis dimulai dari wacana, penggunaan rumus dalam analisis
tagmemik.
2.1.1 Teori Kesemestaan
Teori kesemestaan beranggapan bahwa semua bahasa yang ada di
dunia ini di samping memiliki ciri khasnya masing- masing juga memiliki ciri
atrau karakter yang sama untuk semua bahasa. Atas dasar ini anggapan banyak
orang bahwa aliran Tagmemik hanya dapat diterpkan untuk bahasa inggris dan
bahasa- bahasa yang setipe dengannya dapat ditepis. Bahkan konsep kesemestaan
dalam aliran Tagmemik tidak hanya terbatas dalam artri dapat diterapkan untuk
semua bahasa tetapi juga dalam arti dapat diterapkan untuk bidang-bidang
kehidupan di luar bahasa.
Hal tersebut sejalan dengan
pemikiran Pike(1992:114) bahwa semseta wacana itu mengacu pada kerangka acuan yang umum, sementara, dan
agak permanen, baik implicit maupun eksplisit, yang di dalamnya terdapat
dialog. Kerangka acuan tersebut dapat mengacu pada topic, gaya, jenis wacana,
disiplin, atau harapan umum penutur dan pendengar, mencerminkan komponen kohesi
tagmem apa saja dalam hierarki referensial sehubungan dengan kebenaran dan sejarah khusus, mencakup hubungan yang
berkaitan dengan ruang, waktu masyarakat atau psikologi pribadi, mencakup
sfaktor kohesi fonologis dari kualitas suara yang dikendalikan oleh gaya atau
situasi emosional, atau mencakup keutuhan (kohesi) gramatikal yang
mengendalikan atau dikendalikan oleh bentuk sastra.
2.1.2
Sifat Eklektik
Aliran Tagmeik bersifat eklektik karena secara
substansial aliran ini adalah perpaduan dari aneka macam teori yang dirangkum
menjadi satu. Karakteristik aliran linguistik tertentu dipilih dan ditempatkan
secara proporsional sesuai dengan peran masing-masing. Karakteristik analisis
fungsi pada teori Tradisional ditempatkan pada dimensi slot. Karakteristik
analisis unsur langsung atas kategori gramatikal pada aliran Struktural dan
analisis surface structure pada aliran Transformasi ditempatkan pada dimensi
fillerclass. Karakteristik analisis peran pada Case Grammar ditempatkan pada dimensi
role atau peran. Karakteristik hubungan antarunsur pada aliran Relasionalisme
ditempatkan pada dimensi kohesi.
Beberapa ahli bahasa
beranggapan/menilai bahwa pada dasarnya aliran Tagmemik tidak memiliki
karakteristik yang khas sebab hanya sekedar merangkum karakteristik teori-teori
yang ada sebelumnya. Anggapan tersebut sebenarnya sangat tidak tepat. Memang
dalam hal dimensi tagmem demikian adanya, namun pada statement- statement- nya
tentang hakikat kalimat, klausda predikat, dan hierarki gramatikal, aliran
Tagmemik memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan aliran sebelumnya.
2.1.3
Setiap Struktur
Gramatik Terbangun atas Tagmem-tagmem
Setiap struktrur gramatikal baik dalam
tataran wacana, percakapan, dialog, monolog, paragraf, kalimat, klausa, frase,
maupun kata terbangun atas tagmem- tagmem. Tagmem adalah unsur dari suatu
kontruksi gramatik yang memiliki empat dimensi, yakni dimensi slot, klas,
peran, dan kohesi (Pike dalam Soeparno, 2008:11)
a. Slot
Slot adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan
tempat kosong didalam struktur yang harus diisi oleh fungsi tagmem. Di dalam
tataran klausa, fungsi tagmem tersebut berupa subjek, predikat, objek, adjung,
dan komplemen. Pada tataran yang lain pada umumnya berupa nucleus (inti)
dan margin (luar inti).
b. Klas atau Filter Class
Klas adalah salah satu dimensi tagmem
yang merupakan wujud nyata dari slot.
Wujud nyata dari slot dapat berupa
satuan lingual, seperti morfem, kata, frase, klausa, kalimat, alinea, monolog,
dialog, ataupun wacana. Adakalanya juga klas dipecah menjadi satuan yang lebih
kecil atau spesifik seperti: kata benda, kata kerja, kata sifat, frase benda,
frase kerja, frase sifat, klausa transitif, klausa intransitif, klausa ekuatif
dan sebagainya.
c. Peran atau Role
Peran adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan pembawa
fungsi tagmem. Dalam sebuah klausa , subjek dan predikat adalah slot, pelaku
dan penderita adalah peran, serta frase benda dan frase kerja adalah klas.
d. Kohesi
Kohesi adalah salah satu dimensi tagmem yang yang merupakan
pengontrol hubungan antar tagmem. Pengontrol tersebut biasanya berupa bertanda.
Berdasarkan penanda itu dapat diketahui tagmem mana yang berhubungan dengan
tagmem lain atau mungkin dapat juga terjadi tagmem mana yang kehadirannya
tergantung kepada tagmem lain.
2.1.4
Ciri Hierarkhi
Menurut Pike (1992:85)
dalam aliran tagmemik terdapat
tiga hierarki, yakni:
a. Hierarki Referensial
Hierarki ini mengatur tata makna yang merentang dari
makna lexical package (bungkus leksem), term (istilah),
propoisition (proposisi), theme development (pengembangan
tema), sampai ke sosial interaction (interaksi sosial). Makna
bungkus leksem berada pada tataran morfem dan gugus morfem, makna istilah
berada pada tataran kata dan frase, makna proposisi berada pada tataran klausa
dan kalimat, makna pengembangan tema berada pada tataran paragraf dan monolog,
sedangkan makna interaksi social berada pada tataran dialog dan percakapan.
b. Hierarki Fonologikal
Hierarki ini mengatur tata bunyi dari satuan- satuan
bunyi sampai ke suku kata. Yang termasuk dalam hierarki ini tekanan, nada,
tempo, intonasi, dan jeda/ kesenyapan. Aliran Amerika memilah hierarki
fonoogikal ini menjadi dua kelompok, yakni sifat -emik dan
sifat –etik. Kelompok yang sifatnya –emik dikaji dalam anak subdisiplin
linguistikyang bernama fonemik, sedangkan yang bersifat etik dikaji dalam anak
subdisiplin linguistik yang bernama fonetik.
c. Hierarki Gramatikal
Ciri khas aliran Tagmemik dalam hal hierarki Gramatikal. Hierarki
gramatikal pada aliran Tagmemik merentang dari morfem, kata, frase, klausa,
kalimat, paragraf, monolog, dialog, percakapan, sampai wacana (
2.1.5
Tatanan Normal
dan Tak Normal
Hierarki gramatikal dalam aliran Tagmemik pada garis besarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yakni tatanan normal (normal mapping)
dan tatanan abnormal (abnormal mapping) yang meliputi level skipping, layering
dan back looping.
2.1.5.1 Tatanan Normal (Normal Mapping)
Tatanan normal adalah
suatu urutan jenjang dalam struktu gramatikal yang unsur langsungnya memiliki
tataran satu tingkat lebih rendah. Unsur langsung wacana adalah percakapan,
unsur langsung percakapan berupa dialog berupa monolog, unsur langsung monolog
berupa paragraph/ alinea, unsur langsung paragraf
berupa kalimat, unsur langsung kalimat berupa
klausa, unsur langsung klausa berupa frase, unsur langsung frase berupa kata,
unsur langsung kata adalah morfem.
Tataran di atas kalimat
adalah kalimat dengan kalimat membentuk alinea, alinea dengan alinea membentuk
monolog, monolog dengan monolog membentuk dialog, dialog dengan dialog membentuk
percakapan, percakapan dengan percakapan membentuk wacana. Tataran tertinggi
dalam aliran Tagmemik adalah wacana.
Tataran kalimat ke bawah yaitu morfem
dengan morfem membentuk kata, kata dengan kata membentuk frase, frase dengan
frase membentuk klausa, klausa dengan klausa membentuk kalimat. Beberapa ahli bahasa menyusun definisi
satuan- satuan gramatik dari kalimat bawah, yakni Kalimat, Klausa, Frase, Kata, dan Morfem
2.1.5.2 Tatanan Tak Normal (Abnormal Mapping)
Menurut Soperno (2008:18) tatanan tak normal merupakan
tatanan yang tidak mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku pada tatanan yang
normal. Tatanan tak normal terdiri atas tiga jenis, yakni level skipping (loncatan tataran), layering(pelapisan), dan back looping (hierarki
terputar).
a.
Level skipping (Loncatan Tataran)
Level skipping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki
gramatikal yng memiliki ciri bahwa unsur langsung suatu struktur gramatik tidak
setingkat lebih rendah, tetapi beberapa tingkat lebih rendah.
b.
Layering (Pelapisan)
Layering adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal
yang memiliki ciri bahwa unsure langsung suatu struktur gramatik tidak satu
tingkat lebih rendah, tetapi justru sama levelnya dengan struktur gramatik
tersebut.
c.
Back Lopping (Hierarki terputar)
Back lopping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki
gramatikal yang memiliki ciri bahwa unsure suatu struktur gramatikal tidak satu
tingkat lebih rendah, tetapi justru lebih tinggi levelnya dari struktur
tersebut.
2.1.6
Kalimat Tidak
Memiliki Subjek dan Predikat
Pada aliran Tradisional dan
beberapa aliran lain selalu menganalisis kalimat atas S-P, S-P-O, atau S-P-O-K.
Hanya aliran tagmemiklah yang berani menyatakan dengan tegas bahwa slot S-P-O,
maupuN K bukan pada tataran klausa.
Slot subjek, predikat, objek,
ataupun komplemen adalah slot yang diperuntukkan bagi suatu struktur gramatik
yang hubungan antara tagmem- tagmem partisipannya berupa hubungan string dimana
antara unsur yang satu tidak ada yang lebih penting dari yang lain atau
membentuk suatu untaian. Itulah sebabnya klausa menduduki untaian yang istimewa
di dalam aliran Tagmemik. Kalimat terdiri atas unsur- unsur yang berupa klausa.
Hubungan antar klausa yang satu dengan yang lain tidak berupa hubungan string,
tetapi berupa hubungan nucleus(inti) dan margin (luar
inti), atau topik (pokok) dan comment (sebutan).
2.1.7
Predikat Harus
Berupa Kata Kerja/Frase Kerja
Menurut teori Tagmemik slot
predikat harus diisi oleh klas kata kerja/ frase kata kerja tidak mungkin
mengisi slot predikat. Dengan demikian tidak aka nada istilah kalimat nominal.
2.1.8
Tidak Ada Batasan
antara Morfologi dengan Sintaksis
Pada aliran Struktural bidang
Morfologi dan Sintaksis dipisahkan secara tegas. Urusan kata dan morfem menjadi
wilayah morfologi, sedangkan urusan frase, klausa, dan kalimat menjadi wilayah
sintaksis. Pemisahan semacam ini ada kalanya dapat diterapkan tanpa ada
masalah, tetapi adakalnya juga bermasalah.
2.1.9
Analisis Dimulai
dari Wacana
Aliran
Struktural memulai analisisnya dari analisis kata (Nida, 1949), sedangkan aliran
Transformasi memulai analisisnya dari kalimat (Chomsky, 1957). Aliran Tagmemik
juga menganalisis kata dan menganalisi kalimat, tetapi titik awal analisisnya
dimulai dari analisis wacana. Semua level gramatik menjadi bidang kajiannya
yang merentang dari wacana sampai ke morfem. Tidak ada pemisahan bidang wacana,
sintaksis, dan morf ologi. Dalam Soeparno (2008:28) dijelaskan bahwakedudukan klausa
pada aliran tagmemik dianggap sebagai satuan gramatik yang unik,
yakni sebagai satuan lingual terkecil yang bermakna proposisi dan merupakan
hubungan string
(untaian)
2.1.10 Pembedaan Ciri-Etik dan Ciri-Emik
Aliran Tagmemik mulai menegakkan
eksistensi ciri –etik dan ciri-emik di dalam suatu struktur. Pembedaan ciri ini
sudah mulai muncul pada aliran Struktural meski belum ditekankan. Ciri –etik
adalah suatu ciri yang tidak membedakan, sedang ciri –emik adalah suatu ciri
yang bersifat membedakan. Pada aliran Struktural terbatas pada pembedaan
Fonetik dan Fonemik saja. Pada aliran Tagmemik penggunaan dan penerapan
ciri-ciri tersebut lebih luas lagi sampai pada pembedaan ciri peran dan
pembedaan tipe-tipe klausa. Ciri etik dan emik pada tataran berdampak pada
klasifikasi tipe klausa, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori
yakni tipe klausa berdasarkan peran –etik dan tipe klausa berdasarkan peran
–emik. Dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
2.1.11
Menyukai Analisis
Bahasa yang Belum Dikenal
Menurut Pike
(1982:24) Aliran Tagmemik sangat tertarik untuk
menganalisis bahasa yang belum dikenal. Analisis terhadap bahasa yang tidak
dikenal atau sudah diketahui kaidahnya tidak begitu signifikan sebagai suatu
temuan. Oleh karena itu para penguat alliran tagmemik rela berpayah-payah ke
tempat yang jauh demi memburu bahasa yang belum pernah dijamah peneliti.
Analisis
biasanya dilakukan dengan melalui tahap-tahap 1) Pengumpulan
data, 2) Klasifikasi data
berdasarkan tipe dan jenis dan penyusunan
peta kerja, kadang-kadang , 3) diagaram
pohon, 4) Pembuatan rumus utama, 5) Penyusunan
rumus bawahan, 7) Pembacaan
rumus dan 8) Identifikasi klas
morfem.
2.2
Tokoh
Aliran Tagmemik
Sebelum aliram
tagmemik lengkap peneliti, yakni Walter A Cook, S.J dengan bukunya yang
berjudul Introduction to Tegmemic
Analysis. Menurut Cook (1969:12) aliran tagmemik (dalam artian aliran
tagmemik yang lengkap) dipelopori oleh Kenneth
L.
Pike seorang tokoh dari summer institute of linguistic, yang
mewariskan pandangan-pandangan Bloomfield sehingga
aliran ini bersifatstrukturalisme dan antropolog dan juga E.G. L Pike pada tahun 1977 bersamaan dengan
terbitnya buku Grammatical Analysis. Tokoh
aliran tagmemilk dianut oleh Evelyen G. Pike serta Dan Allen.
2.3
Kelebihan dan Kekurangan Aliran Linguistik Tagmemik
2.3.1 Kelebihan Aliran Linguistik Tagmemik
a.
aliran ini
berwawasan eklektik sehingga prinsip-prinsip aliran pratagmemik dihargai dan diperhitungkan sesuai karakteristiknya
b.
dengan konsep
semesta, bahasa apaupun dapat dianalisis
dengan teori tagmemik
c.
level
gramatikalnya sangat lengkap dari morfem hingga wacana
d.
dalam pengajaran
bahasa dapat digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan komunikatif dan
pendekatan kontekstual
e.
fleksibilitas
dalam analisis bahasa
f.
menempatkan
subjek dan predikat pada klausa bukan pada kalimat
g.
mempertajam daya
analisis; tidak sekedar menghafalkan prosedur dan menghafalkan simpulan
2.3.2
Kekurangan
Aliran Linguistik Tagmemik
a.
Tidak tampak
kekhasan karena eklektik
b.
Terjadi
ketidakaturan pada hierarki gramatikal dalam kasus bahasa bertipologi
aglutinatif
c.
Pada masyarakat
konservatif prediket harus kata kerja dan tidak ada istilah nominal belum
berterima di semua msyarakat
d.
Analisis
menggunakan rumus-rumus rumit
e.
Jika diterapkan
dalam pembelajaran, khususnya paragraf,
akan sulit menganalis struktur bahasanya.
f.
Sebagai aliran
yang bersifat eklektik, namun tidak terdapat cakupan mentalistik yang
digunakan dalam memahami sebuah perilaku bahasa.
2.2
Tokoh
Aliran Tagmemik
Sebelum aliram
tagmemik lengkap peneliti, yakni Walter A Cook, S.J dengan bukunya yang
berjudul Introduction to Tegmemic
Analysis. Menurut Cook (1969:12) aliran tagmemik (dalam artian aliran
tagmemik yang lengkap) dipelopori oleh Kenneth
L.
Pike seorang tokoh dari summer institute of linguistic, yang
mewariskan pandangan-pandangan Bloomfield sehingga
aliran ini bersifatstrukturalisme dan antropolog dan juga E.G. L Pike pada tahun 1977 bersamaan dengan
terbitnya buku Grammatical Analysis. Tokoh
aliran tagmemilk dianut oleh Evelyen G. Pike serta Dan Allen.
2.3
Kelebihan dan Kekurangan Aliran Linguistik Tagmemik
2.3.1 Kelebihan Aliran Linguistik Tagmemik
a.
aliran ini
berwawasan eklektik sehingga prinsip-prinsip aliran pratagmemik dihargai dan diperhitungkan sesuai karakteristiknya
b.
dengan konsep
semesta, bahasa apaupun dapat dianalisis
dengan teori tagmemik
c.
level
gramatikalnya sangat lengkap dari morfem hingga wacana
d.
dalam pengajaran
bahasa dapat digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan komunikatif dan
pendekatan kontekstual
e.
fleksibilitas
dalam analisis bahasa
f.
menempatkan
subjek dan predikat pada klausa bukan pada kalimat
g.
mempertajam daya
analisis; tidak sekedar menghafalkan prosedur dan menghafalkan simpulan
2.3.2
Kekurangan
Aliran Linguistik Tagmemik
a.
Tidak tampak
kekhasan karena eklektik
b.
Terjadi
ketidakaturan pada hierarki gramatikal dalam kasus bahasa bertipologi
aglutinatif
c.
Pada masyarakat
konservatif prediket harus kata kerja dan tidak ada istilah nominal belum
berterima di semua msyarakat
d.
Analisis
menggunakan rumus-rumus rumit
e.
Jika diterapkan
dalam pembelajaran, khususnya paragraf,
akan sulit menganalis struktur bahasanya.
f.
Sebagai aliran
yang bersifat eklektik, namun tidak terdapat cakupan mentalistik yang
digunakan dalam memahami sebuah perilaku bahasa.
2.4
Analisis
Penerapan Tagmemik
Analisis
tagmemik menggunakan rumus-rumus dengan singkatan istilah dan singkatan yang
dipergunakan bebas dengan sifat konsisten (Soeparno, 2008:29). Rumus yang dipergunakan dibuat serapi, selengkap, dan
setuntas mungkin. Rumus mencakup slot,
peran, kohesi, dan kohesi. Tahapan analisis dilakukan melalui tahap-tahap 1) pengumpulan
data, 2) klasifikasi data
berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan
peta kerja, 3) diagram
pohon, 4) pembuatan rumus utama, 5) penyusunan
rumus bawahan, 6) pembacaan
rumus dan 8) identifikasi klas morfem. Adapun analisis penerapan tagmemik adalah sebagai berikut.
2.4.1 2.4.1 Pengumpulan data, yakni klausa “Ibu membeli susu.”
a. Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan peta kerja adalah
sebagai berikut
b. Diagram pohon dengan kalimat “Ibu membeli susu”
c. Penyusunan
Rumus utama
Rumus itu dibaca:
Klausa transitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang
diisi oleh kata benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen
(Sta) yang disis oleh kata kerja, dan
tagmen objek bersifat wajib dengan peran penderita ( Pdr) yang diisi oleh kata benda.
d. Penyusunan
Rumus Bawahan
e. Identifikasi
kelas kata atau morfem
2.4.1 2.4.2 Pengumpulan data, yakni klausa “Buku itu berwarna
putih.”
a)
Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan peta kerja adalah
sebagai berikut
b) Diagram pohon dengan
kalimat “Buku itu berwarna putih”
c) Penyusunan
Rumus Utama
Rumus itu dibaca:
Klausa transitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang
diisi oleh frase
benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen
(Sta) yang disis oleh kata kerja, dan tagmen pelengkap bersifat opsional dengan peran pelengkap yang diisi oleh kata sifat.
d. Penyusunan
Rumus Bawahan
e. Identifikasi
kelas kata atau morfem
2.4.1 2.4.3 Pengumpulan data, yakni klausa “Sebuah candi ditemukan
di Nganjuk.”
a) Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan peta kerja adalah
sebagai berikut
b) Diagram pohon dengan
kalimat “Sebuah candi ditemukan di Nganjuk”
c) Penyusunan
Rumus utama
Rumus itu dibaca:
Klausa intransitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang
diisi oleh kata benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen (Sta) yang
disis oleh kata kerja, dan tagmen keterangan bersifat wajib dengan peran pelengkap (Pel) yang diisi oleh frase eksosentrik.
d) Penyusunan
Rumus Bawahan
e) Identifikasi
kelas kata atau morfem
2.4.1 2.4.4 Pengumpulan data, yakni klausa “Bapak sare kula
siram.”
a) a) Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan peta kerja adalah
sebagai berikut
b)
Diagram pohon
dengan kalimat “Bapak sare kulo siram”
c) Penyusunan
Rumus utama
Rumus itu dibaca:
Klausa intransitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang
diisi oleh kata benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen (Sta) yang
disis oleh kata kerja, dan tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang diisi oleh kata benda, tagmem predikat wajib dengan peran
statemen yang diisi oleh kata kerja.
d) Penyusunan
Rumus Bawahan
e) Identifikasi
kelas kata atau morfem
2.4.1 2.4.5 Pengumpulan data, yakni klausa “Surabaya itu kota
bersih.”
a)
Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan peta kerja adalah
sebagai berikut
b)
Diagram pohon
dengan kalimat “Surabaya itu kota bersih”
c) Penyusunan
Rumus utama
Rumus itu dibaca:
Klausa intransitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang
diisi oleh frase benda, tagmen ajung dengan peran komplemen (Komp) yang disis oleh frase benda.
d) Penyusunan
Rumus Bawahan
e) Identifikasi
kelas kata atau morfem
2.4.1 2.4.6 Pengumpulan data, yakni klausa “Kuda itu menendang
petani.”
a)
Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis
disertai penyusunan peta kerja adalah
sebagai berikut
b)
Diagram pohon
dengan kalimat “Kuda itu menendang petani”
c) Penyusunan
Rumus utama
Rumus itu dibaca:
Klausa transitif terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran
pelaku (Plk) yang diisi oleh frase
benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen
(Sta) yang diisi oleh kata kerja, dan tagmen keterangan bersifat wajib dengan peran penderita (Pndr) yang diisi oleh kata benda.
d) Penyusunan
Rumus Bawahan
e) Identifikasi
kelas kata atau morfem
BAB III
PENUTUP
Sebuah kalimat dengan kosakata akan menjadi tagmeme yang
berbeda-beda –makna sangat berkaitan akrab dengan fungsi (dapat disisipkan di
setiap fungsi). Aliran
linguistik tagmemik adalah aliran eklektik yang membutuhkan suatu perincian
dengan tingkat kemampuan mengeksplanasi data dalam tatanan kajian morfologi
serta sintaksis. Keterbukaan tagmemik dalam bidang kajian yang tidak terpisah
antara morfologi dan sintaksis menjadikan
objek kajian yang sangat luas. Namun demikian, linguistik tagmemik menghadirkan analisis struktur sintaksis
menjadi sangat rinci yang mengacu pada sifat semesta bahasa. Menurut
aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmen (dalam bahasa yunani yang
berarti susunan). Yang dimaksud tagmen adalah korelasi antara fungsi gramatikal
atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan
untuk mengisisi slot tersebut. Ciri aliran strukturalis modern (disebu modern dengan pernyataan bahwa
tagmemik merupakan teori eklektik dari
tradisional, struktural, dan transformasional) Amerika ini adalah cara kerja
mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memberikan
suatu bahasa.
Adapun beberapa kelebihan dari tata bahasa tagmemik ini, yaitu kerangka analisisnya sederhana
dan dalam konsepnya menuntut sedikit penjelasan. Dengan demikian kebanyakan
kategori dan hubungan yang dipakai oleh tata bahasa tagmemik ini dalam
deskripsi linguistik bisa dimanfaatkan guru-guru tanpa memakan waktu lama untuk
membicarakan teori linguistik yang mendasari contoh-contoh pengajarannya.Yang
mempelajari bahasa sudah mengikuti gagasan pola-pola gramatik yang bisa
diidentifikasi, diingat dan dikaji banding dengan pola-pola lain.
Dalam penerapan analisis
aliran linguistik tagmemik dalam kalimat
terlihat sebagi analisis tagmemik berisi seperangkat
pola-pola yang diringkaskan pada sejumlah tingkatan misalnya pola frase, pola
klausa dan pola kalimat yang memudahkan pengertian siswa akan sistem
linguistik. Juga ini menyajikan kerangka acuan untuk menghubung-hubungkan
perincian-perincian dan menggabungkannya dalam keseluruhan yang padat arti.
Kesimpulan
Tata bahasa
Tagmemik merupakan tata bahasa yang muncul pada periode Linguistik Strukturalis
yang timbul akibat adanya ketidakpuasan atas pemecahan masalah dalam pembahasan
periode Tata Bahasa Tradisional yang melulu merujuk pada Yunani dan Romawi
sementara pada kasus-kasus tertentu ditemukan ketidak sesuaian antara teori
yang dirujuk pada Linguistik Tradisional terhadap kasus baru. Fungsi paa masa
itu adalah fokus pada misi zending dan misionaris yang dilakukan melalui
ekpansi Eropa ke berbagai daerah jajahannya yang memang memerlukan adanya
“penguasaan bahasa tempat jajahan” untuk proses administrasi. Disadari bahwa
Linguistik Tradisional tidak memadai untuk diterapkan pada kasus komunikasi di
daerah jajahan Eropa ini, maka muncullah Linguistik Strukturalis yang pada
intinya membuka pencerahan alur tata bahasa untuk memudahkan pemahaman
komunikasi karena memang struktur bahasanya semakin jelas melalui sistem ini.
Tata bahasa Tagmemik sendiri
memiliki ciri bahwa suatu unsur bahasa merupakan bagian dari hidup manusia,
tingkah laku manusia. Maka penerapannya akan selalu berkaitan dengan tingkah
laku manusia. Beberapa contoh yang telah kami paparkan pada poin analisis Tata
Bahasa Tagmemik, contoh yang kami paparkan merupakan salah satu kegiatan yang
memang merupakan tingkah laku manusia secara keseharian.
Melalui pembahasan Tata Bahasa
Tagmemik ini, kami menyadari bahwa memang linguistik sangat berpengaruh pada
peradaban manusia karena linguistic tidak pernah bisa lepas dari kehidupan
manusia salah satu fakta konkretnya adalah : komunikasi, dapat membuat suatu
bangsa menjadi besar, karena mereka sadar hal kecil yang kita lakukan jika
dianalisis, dipelajari maka akan membuat akibat yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar