Jumat, 03 Januari 2014

PEMBAGIAN LINGUISTIK MENURUT DJOKO KUNCORO

Oleh:
 Kelompok Edelweis

Kholiq                          137835029
Rikke Kurniawati      137835047 (pengunggah)
Wiwik Listiawati        137835068




BAGAN PEMBAGIAN LINGUISTIK
MENURUT DJOKO KUNCORO







1.        Mikrolinguistik : bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalamnya dengan perkataan lain, mempelajari struktur bahasa itu sendiri.
2.        Makrolinguistik: bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubunganya dengan factor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan

BIDANG TEORITIS
1.        Teori Linguistik adalah cabang linguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan metode-metode umum dalam penyelidikan bahasa.
2.        Linguistik Deskriptif adalah bidang linguistik yang menyelidiki system bahasa pada waktu tertentu saja.
3.        Linguistik Historis Komparatif adalah menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke masa lain, serta menyelidiki perbandingan satu bahasa ke bahasa lain.

BIDANG INTERDISIPLINER
1.    Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi.
2.    Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam bentuk-bentuk sastra.
3.    Filsafat Bahasa adalah ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik; ilmu interdisipliner linguistik dengan filsafat.
4.    Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan prilaku, akal budi manusia; ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi.
5.    Sosiolinguistik adalah ilmu yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat.
6.    Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan.
7.    Filologi adalah ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata dari sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis.
8.    Semiotik adalah ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.
9.    Epigrafi adalah ilmu yang mempelajari tulisan kuno pada prasasti-prasasti.

BIDANG LINGUISTIK TERAPAN
1.    Pengajaran Bahasa mencakup metode-metode pengajaran bahasa, bahan pelajaran bahasa, cara-cara mengajar bahasa.
2.    Penterjemahan mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain.
3.    Leksikografi mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
4.    Fonetik Terapan mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi-bunyi denga tepat.
5.    Sosiolinguistik Terapan mencakup pemanfaatan wawasan-wawasan sosiolinguistik untuk keperluan yang praktis.
6. Pembinaan Bahasa Internasional mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian internasional dengan menyusun bahasa buatan seperti Novial.
7.    Pembinaan Bahasa Khusus mencakup penyusunan peristilahan dan gaya bahasa dalam bidang-bidang khusus.
8.    Linguistik Medis mencakup cacat bahasa.
9.    Grafologi ilmu tentang tulisan.
10.  Mekanolinguistik mencakup penggunaan linguistik dalam ilmu computer dan usaha untuk membuat mesin penterjemahan; dan juga usaha untuk memanfaatkan komputer  dalam penyelidikan bahasa.

SOSIOLINGUISTIK
Sosiolinguistik  merupakan  ilmu  antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang  mempunyai kaitan sangat erat. Apa sosiologi dan linguistik itu? Banyak batasan telah dibuat oleh para sosiolog mengenai sosiologi, tetapi intinya bahwa sosiologi adalah kajianyang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, danproses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakatitu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segalamasalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat.
Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambilbahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwasosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya denganpenggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Sosiolinguistik secara umum adalah bahasa yang dipahami sebagai sistem tanda arbiter yang dipakai oleh manusia untuk tujuan komunikasi antara satu sama lain. Dengan demikian, konteks sosial dalam penggunaan bahasa menjadi sesuatu yang penting untuk dikaji.sosiolinguistik bersifat interdispliner yang menggarap masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan faktor-faktor sosial, situasional, dan kulturalnya (Wijaya dan Romadi 2006:7). Sementara Sumarsono (2011:1) mendefinisikan sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat (di pelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi). Kajian-kajian sosiolinguistik bermanfaat untuk menyusun: (1) konsep dasar tentang guyub tutur; (2) variasi dan perubahan bahasa (dialek dan kelompok sosial); (3) kontak bahasa; (4) bahasa, kekuasaan, dan ketidaksetimbangan; (5) perencanaan, kebijakan, dan praktek bahasa; (6) bahasa dan pendidikan; (7) metode penelitian sosiolinguistik; (8) sosiolinguistik sebagai profesi.
Sosiolinguistik dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat dan istilah inilah yang akan digunakandalam buku ini.Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri menunjukkan bahwa iaterdiri atas bidang sosioligi dan linguistik.
CONTOH, judul penelitian:
1.  Kajian Pemakaian Bahasa Dalam Sms (Short Message Service) Mahasiswa Fkip Universitas X (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)
2.        Variasi Dalam Ragam Bahasa Pedagang Obat Di Pasar Bukittiinggi (Suatu Tinjauan Sosiolinguiistik)
3.        Variasi Dalam Ragam Bahasa Pedagang Obat Di Pasar Bukittiinggi (Suatu Tinjauan Sosiolinguiistik)
4.        Campur Kode Di Kalangan Mahasiswa Malaysia: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
5.        Register Mahasiswa Malaysia: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik

PRAGMATIK
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah pragmatik ini secara berbeda-beda. Yule (1996;3) menyebutkan 4 definsi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melabihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau ter komunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Menurut Levinson (1983: 9) , ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut: (1) Pragmatik ialah kajian dar i hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa´. Di sini, pengertian/pemahaman bahasa´ menghunjuk kepada fakta bahwauntuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diper lukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya. (2) Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat- kalimat itu´.(Nababan, 1987: 2). Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran ( Kridalaksana, 1993: 177).
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji hubungan antara bahsa dan konteks, yang hubungannya berdifat dasar, dalam rangka memahami komunikasi dengan bahasa (Subroto 2011:9). Sedangkan menurut Cruse (dalam Louise 1999:2 ) pragmatik dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam pengertian yang paling luas) yang disamapaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekkan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk languistik yang digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekkan secara konvensional dengan konteks tanpa mengguakan bentuk-bentuk tersebut.
Yule (dalam Subuki 2006:1), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Thomas dalam Subuki (2006: 2) menyebut kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation).
CONTOH, judul penelitian:
3.      Analisis Penggunaan Dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Di Bus Kota Yogya (Kajian Sosio Pragmatik)
4.      Tindak Tutur Antara Dosen dan Pasien: Suatu Tinjauan Pragmatik
5.      Tindak Tutur Pedagang Buah-Buahan Kaki Lima di Pasar Raya Padang Sebuah Tinjauan Pragmatik

ANTROPOLINGUISTIK
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi berasal dari kata Yunani antoporos (baca: anthropos) yang berarti "manusia. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia Linguistik Kebudayaan memperlakukan bahasa sebagai fenomena yang kebermaknaannya hanya bisa dipahami secara menyeluruh bila dikaitkan dengan budaya penuturnya. Linguistik Kebudayaan berusaha mengungkap the meaning behind the use, mis-use or non-use of language (dalam hal ini pengertiannya identik dengan Anthropological Linguistics yang memandang bahasa melalui prisma konsep antropologi yang paling inti yakni kebudayaan sebagaimana dikemukakan oleh Foley ,1997).
Sebagaimana yang dicatat oleh Ricoeur (1978:229), keyakinan akan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia dan sebagai peran sosial di kalangan pemikir untuk menelaah dan mengungkapkan kebenaran dan pemahaman tentang hakekat manusia dan dunia di sekitarnya telah ditunjukkan oleh Plato dan Aristoteles. Kita telah terbiasa dengan pemikiran bahwa kata dan kalimat mempunyai makna tetapi sebagian orang kurang akrab dengan notion bahwa objek, produk dan aktifitas juga bermakna. Fenomena sosial seperti makan, berpakaian, arsitektur, disain, dekorasi interior, sapaan, postur dan gerak tubuh, periklanan dan sebagainya dapat dipahami melalui model bahasa dalam artian bahwa semua fenomena tersebut bisa dilihat sebagai suatu sistem yang dilandasi oleh suatu konvensi. Wacana kebudayaan adalah wacana yang dapat berwujud teks media, pepatah dan peribahasa, cerita rakyat dan lain-lain dan merupakan produk penggunaan bahasa yang mencerminkan bahasa sebagai sumber daya yang memiliki bentuk, fungsi dan makna tersendiri. Fenomena kebahasaan tersebut memberikan alternatif penelitian dan memiliki daya tarik tersendiri untuk diangkat sebagai fokus kajian Linguistik Budaya.
Antropologi Menurut Para Ahli
William A. Havilan: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
David Hunter: Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika bahasa, adat-istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa. Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara tepat sesuai dengan konteks budayanya, bagaimana bahasa masyarakat dahulu sesuai dengan perkembangan budayanya ( Bandingkan Crystal, 1989:412)."
CONTOH, judul penelitian:
1.        Wacana Ritual Masyarakat Tenganan Pegringsingan
2.        Ulap-Ulap: Wacana Ritual Masyarakat Hindu di Bali
3.        Teologi & Simbol-Simbol dalam  Agama Hindu
4.        Wali Padi: Upacara Penghormatan pada Dewi Sri
5.        Aksara Bali dalam Upacara Caru Rsi Gana dalam Perspektif Linguistik Kebudayaan
6.        Wacana Seremonial di Desa Campo Ago, Buleleng: Studi Semiotik Sosial
7.        Wacana Ritual Nangluk Marana: Kajian Linguistik Antropologi
8.        Segehan: Wacana Ritual Umat Hindu di Bali

DIALEKTOLOGI
Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh (Kridalaksana, 2001:42). Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan geografi, serta ilmu yang membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari titik persamaan dan titik perbedaanya (Pateda, 1988: 51).
Dialektologi merupakan salah satu cabang  Linguistik Historis. Keduanya cenderung menelaah masalah kesejarahan ragam-ragam bahasa. Dialektologi dapat disebut sebagai  studi tentang dialek tertentu atau dialek-dialek suatu bahasa. Dalam arti luas penelitian dialektologi  berupaya memerikan perbedaan pola linguistik, baik secara horisontal (diatopis) yang mencakup variasi geografis maupun yang vertikal (sintopis) yang mencakup variasi di suatu tempat. Variasi di suatu tempat yang bersifat sin­topis ini dapat pula merambah pada kajian dialek sosial yang melibatkan faktor-faktor sosial.
Pada mulanya, pengertian dialek merujuk kepada perbedaan regional yang ada di antara daerah pengamatan yang menghasilkan  pemetaan bahasa/dialek/subdialek. Pe­nger­tian ini lama-kelamaan juga mencakup dimensi sosial. Dalam  dialektologi, penelitian yang me­ngupas  perbedaan-perbedaan yang ada pada beberapa  daerah pengamatan (DP) disebut  dengan dialek geografis, sedangkan yang terjadi sebagai akibat perbedaan dimensi sosial disebut dialek sosial.
Merambahnya dialektologi ke wilayah variasi berdasarkan variabel sosial menyebabkan timbulnya kekaburan batas antara dialek sosial dengan sosiolinguistik.  Pendapat Halliday yang membedakan dialek dan register



Dialek:
variasi bahasa berdasarkan pemakai.
Register:
variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya.
Jawaban dari What you speak? (habitually) yang ditentukan oleh "Siapa Anda?"

Jawaban dari What you are speaking? (at given time) yang ditentukan oleh "Apa yang sedang Anda lakukan?"
Variasi dialektal mencerminkan golongan sosial dalam hal hierarki dari struktur sosial.
Variasi registeral mencerminkan golongan sosial dalam  hal proses sosial (interaksi sosial).
Dialek merupakan variasi bahasa yang bersifat dialektal (salah satu objek kajian dialektologi): perbedaan berbahasa  didasarkan pada perbedaan kelompok sosial.
Register merupakan variasi registeral atau register (salah satu objek kajian sosiolinguistik): perbedaan berbahasa  disebabkan oleh perbedaan konteks .




Dalam dialektologi, tidak ada dialek yang lebih tinggi  statusnya dari dialek lainnya. Adapun anggapan bahwa sebuah dialek dianggap lebih tinggi statusnya dari dialek lain merupakan anggapan yang didasari pertimbangan sosiolinguistik. Berikut ini adalah bagan yang berusaha menunjukkan wilayah dialek sosial dan sosiolinguistik (cf. Dhanawaty, 2002).



                                                     
VARIASI BAHASA

 

Dialektologi


      
            Dialek
               
               Register   

 

 

Sosiolinguistik


Daerah

Variabel
    geografis

Dialek
   geografis



  Dialek
  Sosial







Variabel Sosial


Variabel Sosial






Struktur Sosial


Situasi
Sosial


                                                            
SISTEM SOSIAL



Sampai pada saat ini, pe  lingkup kajian dialektologi mbedaan pengertian bahasa dan dialek merupakan persoalan yang dianggap rumit oleh beberapa linguis.
Secara awam, dialek sebagai bagian dari fakta bahasa  dianggap memper­li­hatkan jenis penyimpangan dari bahasa standar. Bahkan, dialek sering dikaitkan dengan ben­tuk bahasa sub­standar yang ditentukan oleh masyarakat yang ada di kawasan terpencil de­ngan status sosial yang rendah (anggapan yang keliru).
Chambers dan Trudgill (1990: 3) menegaskan bahwa penutur suatu bahasa merupakan penutur bagi (sekurang-kurangnya) satu dialek, dan tidak ada dialek yang lebih tinggi nilai­nya daripada dialek lain.
Bahasa kemudian di­pandang sebagai sekumpulan dialek yang bersifat “saling dapat dipahami” (mutually in­telligible). Dalam hal ini, istilah “saling dapat dipahami” berada dalam

tanda petik dengan maksud se­jauh dialek-dialek itu masih dalam mata rantai yang ber­dekatan. Di sini berlaku apa yang disebut dialect chain  (rantai dialek) dalam dialect continum (rangkaian kesatuan dialek).
Dalam batasan dialek ini, Meillet (1970: 70) menge­mu­kakan ciri utama dialek ialah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam per­be­daan. Selain itu, ia juga mengemukakan  ciri lain dari dialek, yakni  dialek ialah seperangkat ben­tuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya jika di­bandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapatlah ditarik suatu benang merah atau ke­sejajaran pendapat yang dapat dirumuskan sebagai berikut: dialek merupakan variasi ba­hasa yang memiliki sistem lingual tersendiri, dipakai oleh sekelompok pe­nutur di tem­pat tertentu, tetapi di antara kelompok penutur itu dengan kelompok lainnya (yang masih teri­kat dalam satu bahasa) masih terdapat “pemahaman timbal balik” satu de­ngan yang lain (dengan catatan: sepanjang daerah itu berada dalam mata rantai yang sama dan relatif ber­dekatan).
CONTOH, judul penelitian:
1.        Bahasa Madura di Jawa Timur
2.        Pemetaan Bahasa Jawa di Kabupaten Lamongan

ETNOLINGUISTIK
Etnolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur bahasa berdasarkan cara pandang dan budaya yang dimiliki masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Humboldt bahwa perbedaan persepsi kognitif dan perbedaan pandangan dunia dari suatu masyarakat dapat dilihat dari bahasanya. Dikatakan bahwa “each language...contains a characteristics worldview” (Wierzbicka, 1992: 3). Dalam pandangan etnolinguistik, terdapat keterkaitan antara bahasa dengan pandangan dunia penuturnya. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan.Etnolinguistik berkaitan dengan hipotesis Sapir-Whorf , yang disebut pula sebagai relativitas bahasa (language relativism) dari pikiran Boas (lihat Samson, 1980: 81). Hipotesis tersebut menyatakan bahwa bahasa manusia membentuk atau mempengaruhi persepsi manusia akan realitas lingkungannya atau bahasa manusia mempengaruhi lingkungan dalam memproses dan membuat kategori-kategori realitas di sekitarnya (lihat Samson, 1980: 81-82).rt






 
Etnolinguistik antara lain  juga mengkaji:
1.    Ciri penting bahasa yang dipakai  suku bangsa
2.    Variasi geografis,  berkait perbedaan khusus antar wilayah: dialek/logat
3.    Variasi lapisan sosial, berkait konsep stratifikasi sosial yang berpengaruh pada penggunaan bahasa
4.    Luas dan batasan penyebaran
CONTOH, judul penelitian:
1.    Istilah-istilah Upacara Perkawinan Adat Jawa Bubak Kawah dan Tumplak Punjen Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo
2.   Istilah Bagian-bagian Rumah Adat Jawa dan Perkembangannya Di Kota Surakarta

 



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar