Oleh:
Kelompok Edelweis
Kholiq 137835029
Rikke Kurniawati 137835047 (pengunggah)
Wiwik Listiawati 137835068
BAGAN PEMBAGIAN LINGUISTIK
MENURUT DJOKO KUNCORO
1.
Mikrolinguistik
: bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalamnya dengan perkataan
lain, mempelajari struktur bahasa itu sendiri.
2.
Makrolinguistik:
bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubunganya dengan factor-faktor
di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang terapan
BIDANG
TEORITIS
1.
Teori
Linguistik
adalah cabang linguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan
metode-metode umum dalam penyelidikan bahasa.
2.
Linguistik
Deskriptif
adalah bidang linguistik yang menyelidiki system bahasa pada waktu tertentu
saja.
3.
Linguistik
Historis
Komparatif
adalah menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke masa lain, serta
menyelidiki perbandingan satu bahasa ke bahasa lain.
BIDANG
INTERDISIPLINER
1. Fonetik
adalah ilmu yang menyelidiki bunyi.
2. Stilistika
adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam bentuk-bentuk
sastra.
3. Filsafat Bahasa
adalah ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan
manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik; ilmu
interdisipliner linguistik dengan filsafat.
4. Psikolinguistik
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan prilaku, akal budi
manusia; ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi.
5. Sosiolinguistik
adalah ilmu yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat.
6. Etnolinguistik
adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat
pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan.
7. Filologi
adalah ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata dari sejarah suatu
bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis.
8. Semiotik
adalah ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.
9. Epigrafi
adalah ilmu yang mempelajari tulisan kuno pada prasasti-prasasti.
BIDANG
LINGUISTIK TERAPAN
1. Pengajaran Bahasa
mencakup metode-metode pengajaran bahasa, bahan pelajaran bahasa, cara-cara
mengajar bahasa.
2. Penterjemahan
mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain.
3. Leksikografi
mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
4. Fonetik Terapan
mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi-bunyi denga tepat.
5. Sosiolinguistik Terapan
mencakup pemanfaatan wawasan-wawasan sosiolinguistik untuk keperluan yang
praktis.
6. Pembinaan Bahasa Internasional
mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian internasional
dengan menyusun bahasa buatan seperti Novial.
7. Pembinaan Bahasa Khusus
mencakup penyusunan peristilahan dan gaya bahasa dalam bidang-bidang khusus.
8. Linguistik
Medis
mencakup cacat bahasa.
9. Grafologi
ilmu tentang tulisan.
10. Mekanolinguistik
mencakup penggunaan linguistik dalam ilmu computer dan usaha untuk membuat
mesin penterjemahan; dan juga usaha untuk memanfaatkan komputer dalam penyelidikan bahasa.
SOSIOLINGUISTIK
Sosiolinguistik
merupakan ilmu antardisiplin
antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Apa sosiologi
dan linguistik itu? Banyak batasan telah dibuat oleh para sosiolog mengenai
sosiologi, tetapi intinya bahwa sosiologi adalah kajianyang objektif dan ilmiah
mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, danproses
sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana
masyarakatitu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segalamasalah sosial dalam satu masyarakat, akan
diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana
mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di
dalam masyarakat.
Linguistik
adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang
mengambilbahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat
dikatakan bahwasosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang
mempelajari bahasa dalam kaitannya denganpenggunaan bahasa itu di dalam
masyarakat.
Sosiolinguistik secara umum adalah bahasa yang dipahami
sebagai sistem tanda arbiter yang dipakai oleh manusia untuk tujuan komunikasi
antara satu sama lain. Dengan demikian, konteks sosial dalam penggunaan bahasa
menjadi sesuatu yang penting untuk dikaji.sosiolinguistik bersifat
interdispliner yang menggarap masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan
faktor-faktor sosial, situasional, dan kulturalnya (Wijaya dan Romadi 2006:7). Sementara Sumarsono (2011:1)
mendefinisikan sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan
dengan kondisi masyarakat (di pelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya
sosiologi). Kajian-kajian
sosiolinguistik bermanfaat untuk menyusun: (1) konsep dasar tentang guyub
tutur; (2) variasi dan perubahan bahasa (dialek dan kelompok sosial); (3)
kontak bahasa; (4) bahasa, kekuasaan, dan ketidaksetimbangan; (5) perencanaan,
kebijakan, dan praktek bahasa; (6) bahasa dan pendidikan; (7) metode penelitian
sosiolinguistik; (8) sosiolinguistik sebagai profesi.
Sosiolinguistik
dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat dan istilah inilah yang akan digunakandalam buku
ini.Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri
menunjukkan bahwa iaterdiri atas bidang sosioligi dan linguistik.
CONTOH,
judul penelitian:
1. Kajian Pemakaian Bahasa Dalam Sms (Short
Message Service) Mahasiswa Fkip Universitas X (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)
2.
Variasi Dalam Ragam Bahasa Pedagang Obat
Di Pasar Bukittiinggi (Suatu Tinjauan Sosiolinguiistik)
3.
Variasi Dalam Ragam Bahasa Pedagang Obat
Di Pasar Bukittiinggi (Suatu Tinjauan Sosiolinguiistik)
4.
Campur Kode Di Kalangan Mahasiswa
Malaysia: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
5.
Register Mahasiswa Malaysia: Suatu
Tinjauan Sosiolinguistik
PRAGMATIK
Para pakar pragmatik mendefinisikan
istilah pragmatik ini secara berbeda-beda. Yule (1996;3) menyebutkan 4 definsi
pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang
mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melabihi kajian tentang
makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau ter
komunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi
menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan
tertentu. Menurut Levinson (1983: 9) , ilmu pragmatik didefinisikan sebagai
berikut: (1) Pragmatik ialah kajian dar i hubungan antara bahasa dan konteks
yang mendasari penjelasan pengertian bahasa´. Di sini, pengertian/pemahaman
bahasa´ menghunjuk kepada fakta bahwauntuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran
bahasa diper lukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata
bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya. (2) Pragmatik ialah
kajian tentang kemampuan pemakai bahsa mengaitkan kalimat-kalimat dengan
konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat- kalimat itu´.(Nababan, 1987: 2).
Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa
atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (
Kridalaksana, 1993: 177).
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda.
Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji hubungan antara bahsa dan konteks, yang
hubungannya berdifat dasar, dalam rangka memahami komunikasi dengan bahasa
(Subroto 2011:9). Sedangkan menurut Cruse (dalam Louise 1999:2 ) pragmatik
dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi
(dalam pengertian yang paling luas) yang disamapaikan melalui bahasa yang (a)
tidak dikodekkan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam
bentuk-bentuk languistik yang digunakan, namun yang (b) juga muncul secara
alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekkan secara konvensional dengan konteks tanpa mengguakan bentuk-bentuk tersebut.
Yule (dalam Subuki 2006:1), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik,
yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna
menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang
diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh
pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial
yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Thomas dalam Subuki (2006: 2) menyebut kecenderungan dalam pragmatik
terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan
pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan
menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi
ujaran (utterance interpretation).
CONTOH, judul penelitian:
3. Analisis
Penggunaan Dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Di Bus Kota Yogya
(Kajian Sosio Pragmatik)
4. Tindak
Tutur Antara Dosen dan Pasien: Suatu Tinjauan Pragmatik
5. Tindak
Tutur Pedagang Buah-Buahan Kaki Lima di Pasar Raya Padang Sebuah Tinjauan
Pragmatik
ANTROPOLINGUISTIK
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul
berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat,
budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi berasal dari kata Yunani antoporos (baca: anthropos)
yang berarti "manusia. Antropologi
adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu
pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang
“menciptakan” manusia Linguistik Kebudayaan memperlakukan bahasa sebagai
fenomena yang kebermaknaannya hanya bisa dipahami secara menyeluruh bila
dikaitkan dengan budaya penuturnya. Linguistik Kebudayaan berusaha mengungkap the
meaning behind the use, mis-use or non-use of language (dalam hal ini
pengertiannya identik dengan Anthropological Linguistics yang memandang
bahasa melalui prisma konsep antropologi yang paling inti yakni kebudayaan
sebagaimana dikemukakan oleh Foley ,1997).
Sebagaimana yang dicatat oleh Ricoeur (1978:229), keyakinan akan pentingnya
bahasa dalam kehidupan manusia dan sebagai peran sosial di kalangan pemikir
untuk menelaah dan mengungkapkan kebenaran dan pemahaman tentang hakekat
manusia dan dunia di sekitarnya telah ditunjukkan oleh Plato dan Aristoteles.
Kita telah terbiasa dengan pemikiran bahwa kata dan kalimat mempunyai makna
tetapi sebagian orang kurang akrab dengan notion bahwa objek, produk dan
aktifitas juga bermakna. Fenomena sosial seperti makan, berpakaian, arsitektur,
disain, dekorasi interior, sapaan, postur dan gerak tubuh, periklanan dan
sebagainya dapat dipahami melalui model bahasa dalam artian bahwa semua
fenomena tersebut bisa dilihat sebagai suatu sistem yang dilandasi oleh suatu
konvensi. Wacana kebudayaan adalah wacana yang dapat berwujud teks media,
pepatah dan peribahasa, cerita rakyat dan lain-lain dan merupakan produk
penggunaan bahasa yang mencerminkan bahasa sebagai sumber daya yang memiliki
bentuk, fungsi dan makna tersendiri. Fenomena kebahasaan tersebut memberikan
alternatif penelitian dan memiliki daya tarik tersendiri untuk diangkat sebagai
fokus kajian Linguistik Budaya.
Antropologi Menurut Para Ahli
William A. Havilan: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
David Hunter: Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana
antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda.
Antropolinguistik adalah cabang
linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya
dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan,
pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika bahasa, adat-istiadat, dan pola-pola
kebudayaan lain dari suatu suku bangsa. Antropolinguistik menitikberatkan pada
hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat seperti peranan
bahasa di dalam mempelajari bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang
lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana cara seseorang
berkomunikasi dengan orang lain secara tepat sesuai dengan konteks budayanya,
bagaimana bahasa masyarakat dahulu sesuai dengan perkembangan budayanya (
Bandingkan Crystal, 1989:412)."
CONTOH, judul penelitian:
1.
Wacana
Ritual Masyarakat Tenganan Pegringsingan
2.
Ulap-Ulap:
Wacana Ritual Masyarakat Hindu di Bali
3.
Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu
4.
Wali
Padi: Upacara Penghormatan pada Dewi Sri
5.
Aksara
Bali dalam Upacara Caru Rsi Gana dalam Perspektif Linguistik Kebudayaan
6.
Wacana
Seremonial di Desa Campo Ago, Buleleng: Studi Semiotik Sosial
7.
Wacana
Ritual Nangluk Marana: Kajian Linguistik Antropologi
8.
“Segehan:
Wacana Ritual Umat Hindu di Bali
DIALEKTOLOGI
Dialektologi
merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistik yang mempelajari
variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh
(Kridalaksana, 2001:42). Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan
geografi, serta ilmu yang membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang masih
serumpun untuk mencari titik persamaan dan titik perbedaanya (Pateda, 1988:
51).
Dialektologi merupakan salah satu cabang Linguistik Historis. Keduanya cenderung
menelaah masalah kesejarahan ragam-ragam bahasa. Dialektologi dapat disebut sebagai studi tentang dialek tertentu atau
dialek-dialek suatu bahasa. Dalam arti luas penelitian dialektologi berupaya memerikan perbedaan pola linguistik,
baik secara horisontal (diatopis) yang mencakup variasi geografis maupun yang
vertikal (sintopis) yang mencakup variasi di suatu tempat. Variasi di suatu
tempat yang bersifat sintopis ini dapat pula merambah pada kajian dialek
sosial yang melibatkan faktor-faktor sosial.
Pada mulanya, pengertian dialek merujuk kepada
perbedaan regional yang ada di antara daerah pengamatan yang menghasilkan pemetaan bahasa/dialek/subdialek. Pengertian
ini lama-kelamaan juga mencakup dimensi sosial. Dalam dialektologi, penelitian yang mengupas perbedaan-perbedaan yang ada pada
beberapa daerah pengamatan (DP) disebut dengan dialek geografis, sedangkan yang
terjadi sebagai akibat perbedaan dimensi sosial disebut dialek sosial.
Merambahnya dialektologi ke wilayah variasi
berdasarkan variabel sosial menyebabkan timbulnya kekaburan batas antara dialek
sosial dengan sosiolinguistik. Pendapat Halliday yang membedakan dialek dan register
Dialek:
variasi bahasa berdasarkan pemakai.
|
Register:
variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya.
|
Jawaban dari What you speak? (habitually)
yang ditentukan oleh "Siapa Anda?"
|
Jawaban dari What you are speaking? (at given time) yang ditentukan oleh
"Apa yang sedang Anda lakukan?"
|
Variasi dialektal
mencerminkan golongan sosial dalam hal hierarki dari struktur sosial.
|
Variasi registeral mencerminkan golongan sosial
dalam hal proses sosial (interaksi
sosial).
|
Dialek merupakan variasi bahasa yang bersifat
dialektal (salah satu objek kajian dialektologi): perbedaan berbahasa didasarkan pada perbedaan kelompok sosial.
|
Register merupakan variasi registeral atau register
(salah satu objek kajian sosiolinguistik): perbedaan berbahasa disebabkan oleh perbedaan konteks .
|
Dalam dialektologi, tidak ada dialek yang lebih tinggi statusnya dari dialek lainnya. Adapun
anggapan bahwa sebuah dialek dianggap lebih tinggi statusnya dari dialek lain
merupakan anggapan yang didasari pertimbangan sosiolinguistik. Berikut ini
adalah bagan yang berusaha menunjukkan wilayah dialek sosial dan
sosiolinguistik (cf. Dhanawaty, 2002).
VARIASI BAHASA
|
|||||||
Dialektologi |
Dialek
|
Register
|
Sosiolinguistik |
||||
Daerah
|
Variabel
geografis
|
Dialek
geografis
|
Dialek
Sosial
|
|
|
|
|
|
|
|
Variabel Sosial
|
|
Variabel
Sosial
|
|
|
|
|
|
Struktur Sosial
|
|
Situasi
Sosial
|
|
|
SISTEM
SOSIAL
|
Sampai
pada saat ini, pe
lingkup kajian dialektologi
mbedaan pengertian bahasa dan dialek merupakan persoalan yang
dianggap rumit oleh beberapa linguis.
Secara
awam, dialek sebagai bagian dari fakta bahasa
dianggap memperlihatkan jenis penyimpangan dari bahasa standar.
Bahkan, dialek sering dikaitkan dengan bentuk bahasa substandar yang
ditentukan oleh masyarakat yang ada di kawasan terpencil dengan status sosial
yang rendah (anggapan yang keliru).
Chambers
dan Trudgill (1990: 3) menegaskan bahwa penutur suatu bahasa merupakan penutur
bagi (sekurang-kurangnya) satu dialek, dan tidak ada dialek yang lebih tinggi
nilainya daripada dialek lain.
Bahasa kemudian dipandang sebagai sekumpulan
dialek yang bersifat “saling dapat dipahami” (mutually intelligible). Dalam hal ini, istilah “saling dapat
dipahami” berada dalam
tanda
petik dengan maksud sejauh dialek-dialek itu masih dalam mata rantai yang berdekatan.
Di sini berlaku apa yang disebut dialect
chain (rantai dialek) dalam dialect continum (rangkaian kesatuan
dialek).
Dalam batasan dialek ini, Meillet (1970:
70) mengemukakan ciri utama dialek ialah perbedaan dalam kesatuan dan
kesatuan dalam perbedaan. Selain itu, ia juga mengemukakan ciri lain dari dialek, yakni dialek ialah seperangkat bentuk ujaran
setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing
lebih mirip sesamanya jika dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa
yang sama.
Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut, dapatlah ditarik suatu benang merah atau kesejajaran pendapat yang
dapat dirumuskan sebagai berikut: dialek merupakan variasi bahasa yang
memiliki sistem lingual tersendiri, dipakai oleh sekelompok penutur di tempat
tertentu, tetapi di antara kelompok penutur itu dengan kelompok lainnya (yang
masih terikat dalam satu bahasa) masih terdapat “pemahaman timbal balik” satu
dengan yang lain (dengan catatan: sepanjang daerah itu berada dalam mata
rantai yang sama dan relatif berdekatan).
CONTOH, judul penelitian:
1.
Bahasa
Madura di Jawa Timur
2.
Pemetaan
Bahasa Jawa di Kabupaten Lamongan
ETNOLINGUISTIK
Etnolinguistik
merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur bahasa berdasarkan
cara pandang dan budaya yang dimiliki masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Humboldt bahwa perbedaan persepsi kognitif dan perbedaan pandangan dunia
dari suatu masyarakat dapat dilihat dari bahasanya. Dikatakan bahwa “each
language...contains a characteristics worldview” (Wierzbicka, 1992:
3). Dalam pandangan etnolinguistik, terdapat keterkaitan antara bahasa dengan
pandangan dunia penuturnya. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang menyelidiki hubungan
antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai
tulisan.Etnolinguistik berkaitan dengan hipotesis Sapir-Whorf , yang disebut
pula sebagai relativitas bahasa (language relativism) dari pikiran Boas
(lihat Samson, 1980: 81). Hipotesis tersebut menyatakan bahwa bahasa manusia
membentuk atau mempengaruhi persepsi manusia akan realitas lingkungannya atau
bahasa manusia mempengaruhi lingkungan dalam memproses dan membuat
kategori-kategori realitas di sekitarnya (lihat Samson, 1980: 81-82).rt
Etnolinguistik antara lain juga
mengkaji:
1.
Ciri penting bahasa yang
dipakai suku bangsa
2.
Variasi geografis, berkait perbedaan khusus antar wilayah:
dialek/logat
3.
Variasi lapisan sosial,
berkait konsep stratifikasi sosial yang berpengaruh pada penggunaan bahasa
4.
Luas dan batasan penyebaran
CONTOH, judul penelitian:
1. Istilah-istilah
Upacara Perkawinan Adat Jawa Bubak Kawah dan Tumplak Punjen Di Kecamatan
Bendosari Kabupaten Sukoharjo
2.
Istilah
Bagian-bagian Rumah Adat Jawa dan Perkembangannya Di Kota Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar