Jumat, 03 Januari 2014

PERKEMBANGAN BEBERAPA ALIRAN LINGUISTIK :



Oleh:
 Kelompok Edelweis

Kholiq                       137835029
Rikke Kurniawati    137835047
Wiwik Listiawati     137835068  (pengunggah)




Aliran Tradisional
Perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai pada abad IV Sebelum Masehi yaitu ketika Plato membagi jenis kata dalam bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yaitu onoma dan rhema. Onoma merupakan jenis kata yang menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Sedangkan rhema merupakan jenis kata yang digunakan mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara sederhana onoma dapat disejajarkan dengan kata benda dan rhema dapat disejajarkan dengan kata sifat atau kata kerja. Pernyataan yang dibentuk onoma dan rhema dikenal dengan istilah proposisi.
Penggolongan kata tersebut kemudian disusul dengan kemunculan tata bahasa Latin karya Dyonisisus Thrax dalam bukunya ”Techne Gramaticale” (130 M). Dengan demikian pelopor aliran tradisionalisme adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh yang menganut aliran ini antara lain; Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van Ophuysen, RO Winstedt, Raja Ali Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong Lubis, Poedjawijatna, Tardjan hadidjaja.
Aliran ini merupakan aliran tertua namun karena ketaatannya pada kaidah menyebabkan aliran ini tetap eksis di zaman apapun.
Ciri-ciri aliran ini antara lain:
1.    Bertolak dari landasan pola pikir filsafat
2.    Pemerian bahasa secara historis
3.    Tidak membedakan bahasa dan tulisan.
Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa dan tulisan sehingga secara otomatis mencampuradukkan pengertian bunyi dan huruf.
4.    Senang bermain dengan definisi. 
Hal ini karena pengaruh berpikir secara deduktif yaitu semua istilah didefinisikan baru diberi contoh alakadarnya.
5.    Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah. 
Bahasa yang mereka pakai adalah bahasa tata bahasa yang cenderung menghakimi benar-salah pemakaian bahasa, tata bahasa ini disebut juga tata bahasa normatif.
6.    Level-level gramatikal belum rapi, tataran yang dipakai hanya pada level huruf, kata, dan kalimat. Tataran morfem, frase, kalusa, dan wacana belum digarap.
7.    Dominasi pada permasalahan jenis kata
Pada awalnya kata dibagi menjadi onoma dan rhema (Plato) lalu dikembangkan oleh Aristoteles menjadi onoma, rhema, dan syndesmos. Kemudian pada masa tradisionalisme ini kata sudah dibagi menjadi delapan yaitu nomina, pronomina, artikel, verba, adverbia, preposisi, partisipium, dan konjungsi. Pada abad peretngahan Modistae membagi kata menjadi delapan yaitu nomina, pronomina, partisipium, verba, adverbia, preposisi, konjungsio, dan interjeksi. Pada zaman renaisance kata kembali dibagi menjadi tujuh nomina, pronomina, partisipium, adverbia, preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Perkembangan jenis kata di Belanda dibagi menjadi sepuluh yaitu nomina, verba, pronomina, partisipium, adverbia, adjektiva, numeralia, preposisi, konjungsi, interjeksi, dsan artikel.
Keunggulan Aliran Tradisional
a.    Lebih tahan lama karena bertolak dari pola pikir filsafat
b.    Keteraturan penggunaaan bahasa sangat dibanggakan karena berkiblat pada bahasa tulis baku
c.    Mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena aliran ini sengan bermain dengan definisi
d.   Menjadikan para penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa kareana pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah
e.    Aliran ini memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan prinsip yang benar adalah benar walaupun tidak umum dan yang salah adalah salah meskipun banyak penganutnya.
Kelemahan Aliran Tradisional
a.    Belum membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian bahasa dan tulisan masih kacau
b.    Teori ini tidak menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan.
c.    Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah sehingga meskipun pandai dalam teori bahasa tetapi tidak mahir dalam berbahasa di masyarakat.
d.   Level gramatikalnya belum rapi karena hanya ada tiga level yaitu huruf, kata, dan kalimat.
e.    Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa Latin yang sangat berebda dengan bahasa Indonesia
f.     Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
g.    Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya sebagian dari ragam bahasa yang ada.
h.    Objek kajian hanya sampai level kalimat sehingga tidak komunikatif

Aliran Struktural
Teori ini berlandaskan pola pikir behaviouristik. Aliran ini lahir pada awal abad XX yaitu pada tahun 1916. aliran ini lahir bersamaan dengan lahirnya buku ”Course de linguistique Generale” karya Saussure yang juga merupakan pelopor aliran ini. Ia dikenal sebaga Bapak Strukturalisme dan sekaligus Bapak Linguistik Modern. Tokoh-tokoh yang merupakan penganut teori ini adalah : Bally, Sachahaye, E. Nida, L. Bloomfield, Hockett, Gleason, Bloch, G.L. Trager, Lado, Hausen, Harris, Fries, Sapir, Trubetzkoy, Mackey, jacobson, Joos, Wells, Nelson.
Ciri-ciri Aliran Struktural
1.    Berlandaskan pada faham behaviourisme
Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-response).
2.    Bahasa berupa ujaran.
Ciri ini menunjukkan bahwa hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa . dalam pengajaran bahasa teori struktural melahirkan metode langsung dengan pendekatan oral. Tulisan statusnya sejajar dengan gersture.
3.    Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan konvensional.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di balik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
4.    Bahasa merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan sistem habit, pengajaran bahasa diterapkan metode drill and practice yakni suatu bentuk latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk kebiasaan.
5.    Kegramatikalan berdasarkan keumuman.
6.    Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah yaitu morfem sampai level tertinggi berupa kalimat. Urutan tataran gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.
7.    Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8.    Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik
9.    Analisis bahasa secara deskriptif.
10.     Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
Unsur langsung adalah unsur yang secara langsung membentuk struktur tersebut. Ada empat model analisis unsur langsung yaitu model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.
Keunggulan Aliran Struktural
a.    Aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem.
b.    Metode drill and practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
c.    Kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyrakat awam.
d.   Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
e.    Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.
Kelemahan Aliran Struktural
a.    Bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas.
b.    Metode drill and practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat menjemukan.
c.    Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan mesin.
d.   Kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum.
e.    Faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa.
f.     Objek kajian terbatas sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif.

Aliran Transformasi
Aliran ini muncul menentang aliran strukturalis yang menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan. Pelopor aliran ini adalah N. Chomsky dengan karyanya “Syntactic Structure”(1957) dan diikuti oleh tokoh-tokoh seperti Postal, Fodor, Hale, Palmatier, Lyons, Katz, Allen, van Buren, R. D. King, R.A. Jacobs, J. Green, dll. Aliran ini pada mulanya hanya berbicara transformasi pada level kalimat tetapi kemudian diterapkan dalam tataran lain seperti morfologi dan fonologi.
Ciri-ciri Aliran Transformasi
1.    Berdasarkan faham mentalistik.
Aliran ini meganngap bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat dengan psikolinguistik. 
2.    Bahasa merupakan innate
Bahasa merupakan faktor innate(keturunan/warisan) 
3.    Bahasa terdiri dari lapis dalam dan lapis permukaan.
Teori ini memisah bahasa menjadi dua lapis yaitu deep structure dan surface structure. Lapis batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi dari lapis batin.
4.    Bahasa terdiri dari unsur competent dan performance
Linguistic competent atau kemampuan linguistik merupakan penegtahuan seseorang tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah di dalamnya.
5.    Linguistic performance atau performansi linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.Analisis bahasa bertolak dari kalimat.
6.    Penerapan kaidah bahasa bersifat kreatif
Ciri ini menentang anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum tranformasi masalah umum tidak umum bukan suatu persoalan yang terpenting adalah kaidah.
7.    Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Kalimat inti merupakan kaliamt yang belum dikenai transformasi sedangkan kalimat transformasi merupakan kalimat yang sudah dikenai kaidah transformasi yang ciri-cirinya yaitu lengkap, simpel, statemen, dan aktif. Lam pertumbuhan selanjutnya ciri itu ditambah runtut dan positif.
8.    Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus.
Analisis dalam teori ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda (NP) dan frase kerja (VP) kemudian dari frase turun ke kata.
9.    Gramatikal bersifat generatif.
Bertolak dari teori yang dinamakan tata bahasa generatif tansformasi (TGT).

Keunggulan Aliran Transformasi
a.    Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan buakan fisik.
b.    Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance)
c.    Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
d.   Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
e.    dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
Kelemahan Aliran Transformasi
a.    Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat
b.    Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c.    Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structur

Aliran Praha
Dengan tokohnya Vilem Mathesius, Nikolai S. Trubetskoỷ, Roman Jakobson, dan
Morris Halle, membedakan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu sistem) dan fonetik (mempelajari bunyi itu sendiri). Struktur bunyi dijelaskan dengan kontras atau oposisi.
Ex : baku X paku, tepas X tebas.
Aliran ini mengembangkan istilah morfonologi (meneliti perubahan fonologis yang terjadi akibat hubugan morfem dgn morfem. Ex: kata “jawab” dgn “jawap” bila ditambahi sufiks –an, maka akan terjadi perbedaan.
Kalimat dapat dilihat dari struktur formal dan struktur informasinya, Formal (subjek dan predikat), informasi (tema dan rema). Tema adalah apa yang dibicarakan, sdngkn rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.
Ex : kal. “this argument I can’t follow”→ “I” sbg subjek, “this argument” sbg objek, namun menurut aliran praha “this argument” juga merupakan tema, sedangkan “I can’t follow” juga merupakan rema.

Aliran Glosematik
Aliran ini lahir di Denmark, dengan tokohnya Louis Hjemslev. Hjemslev menganggap bahasa mengandung segi ekspresi (Signifiant) dan segi isi(signifie). Masing2 segi mengandung forma dan substansi : forma ekspresi, substansi ekspresi, forma isi, dan substansi isi.

Aliran Firthian
Dengan tokohnya Joh R. Firth (London, 1890-1960). Dikenal dengan teori fonolog  prosodi, yaitu cara menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokok  prosodi : 1). Menyangkut gabungan fonem, struktur kata, suku kata, gab.konsonan, dan gab.vokal, 2). Prosodi dari sandi atau jeda, 3).prosodi yang realisasi fonetisnya lebih besar daripada fonem2 suprasegmentalnya.
Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini :
1.    Mereka memerikan bahasa indian dengan cara sinkronik.
2.    Bloomfield memerikan bahasa aliran strukturalisme berdasarkan fakta objektif sesuai dengan kenyataan yang diamati.
3.    Hubungan baik antar linguis. Sehingga menerbitkan majalah Language, sebagai wadah melaporkan hasil karya mereka.
Aliran ini sering juga disebut aliran taksonomi, karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya. 

Aliran Tagmemik
Dipelopori oleh Ken Aliran Strukturalisme di Amerika. Dalam Linguistik di Amerika mempunyai tiga tokoh yang sangat berperan dalam pengkajian bahasa di benua tersebut. Ketiga tokoh tersebut ialah Franz Boaz, Edward Sapir dan Leonard Bloomfield.
Franz Boaz merupakan seorang linguis yang otodidaktik yang telah menyumbangkan peran pada penelitian bahasa-bahasa Indian Amerika. Boaz meneliti bahasa baik di rumpun Indo-Eropa maupun diluar Indo-Eropa. Di Indo-Eropa membahas mengenai Infleksi penanda sedangkan diluar Indo-Eropa, Boaz mencermati tentang struktur bahasa Indian. Pandangan Boaz setiap bahasa akan memiliki kategori-kategori logis yang merupakan keharusan digunakan pada bahasa tersebut. Ia dalam membahas strutural bahasa ini lebih menitik beratkan pada bidang fonetik. Bahasa menurut Boaz merupakan tuturan artikulasi yang berupa kategori gramatikal, pronomina kata ganti (sendiri atau non sendiri) dan verb (orang, number, tense, mood, dan voice).
Seorang mahasiswa Boas yang bernama Edward Sapir tak kalah dalam menyampaikan argumennya. kajiannya yang terkenal ialah mengenai suatu pemerian bahasa. Selain itu, ia juga mempunyai suatu konsep bahasa yaitu makna bahasa dikaitkan dengan visual, tingkat pemahaman dan rasa hubungan serta kesesuaian bahasa dengan makna. Dari ide yang tertuang dibenaknya, murid dari Boaz ini lalu membagi konsepnya menjadi sub kajian yaitu unsur-unsur tuturan, bunyi bahasa, bentuk bahasa, bahasa-ras-dan kebudayaan. Unsur-unsur turunan berupa hubungan antara bentuk linguistik, proses gramatikal dan konsep gramatikal. Sedangkan bunyi bahasa mengenai pola atau perbedaaan bunyi cocok dalam perbedaan bahasa. Lain halnya dengan bentuk bahasa yang menurut Sapir dapat dibagi menjadi konsep dasar dan metode formal. Sedangkan pendapatnya yang terakhir mengenai corak suatu bahasa ini dia kaji karena sebelum menekuni bidang linguistik ia juga menekuni bidang antropologi.
Linguis ketiga yang mengkaji bahasan ini ialah Leonard Bloomfield. Bloomfield merupakan linguis Amerika yang peling besar peranannya dalam menyebarkan prinsip dan metode strukturalisme Amerika. Salah satu rumusannya digambarkan dengan rumus rangsangan dan tanggapan dengan formula R – t.....r – T maksudnya suatu rangsangan praktis (R) menyebabkan seorang berbicara alih-alih bereaksi secara praktis, ini merupakan penganti bahasa-bahasa (t). Bagi pendengar, hal itu merupakan rangsangan pengganti bahasa (r) yang menyebabkan dia memberi tanggapan praktis (T). Rumus di atas sangat sinkron bila diterapkan dengan teori makna Bloomfield yang membedakan peristiwa bahasa dengan peristiwa praktis dalam sebuah tuturan. Selain teori tersebut Bloomfield juga mencetuskan teori mengenai bentuk bahasa, dari hasil penelitiannya digariskan bahwa bentuk bahasa dibagi menjadi dua bentuk terikat dan bentuk bebas, serta 4 cara penyusunan form yaitu order, modulation, phonetic modification dan selection. Bentuk dapat dibagi dalam beberapa kelas yaitu Sentence type (kalimat Tanya, kalimat berita dan sebagainya), Construction (bisa juga disebut Syntax) dan Substitution (bentuk grammar yang berhubungan dengan penggantian konvensional) neth L. Pike. Yang dimaksud tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal (slot) dengan kelompok bentuk kata yang dapat dipertukarkan utnuk mengisi slot tsb 

Aliran Linguistik: Aliran London
·      Pendapat John Ruppert Firthian (1890-1960)
Seperti yang diungkapkan Soeparno dalam Dasar-dasar Linguistik Umum, Firthian adalah guru besar pada Universitas London sangat terkenal sebagai pelopor Aliran London. Bila aliran Bloomfieldian  disebut dengan nama strukturalisme Amerika, maka aliran Firthians disebut strukturalisme kontinental. Kaum ini terkenal karena kecenderungannya untuk menerapkan hal-hal yang praktis. Para ahlinya antara lain : John Ruppert Firth, Daniel Jones, Brownislaw Malinowski, dan H.Sweet.
·      Firth mengeluarkan teori tentang fonologi prosodi.
Titik berat perhatiannya memang pada bidang fonetik dan fonologi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Fonologi prosodi terdiri dari satuan-satuan fonematis dan satuan prosodi. Satuan –satuan fonematis berupa unsur-unsur segmental, yaitu berupa konsonan dan vokal. Sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segemn tunggal. Ada 3 macam pokok prosodi, yaitu (1) prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, gabungan konsonan, dan gabungan vokal; (2) prosodi yang terbentuk oleh jeda; dan (3) prosodi yang lebih daripada fonem-fonem suprasegmental.
Firth juga berpendapat telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yan berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan. (Abdul Chaer: 355-356)
Karya Firth dan kelompoknya mempunyai pandangan yang sama tentang struktur bahasa seperti yang dikemukakan oleh de Saussure. Firth meminjam istilah konteks situasi dengan membedakan tataran yang beragam dan menunjukkan adanya unsur linguitik yang terbatas. Ia menggunakan dua jalur yang dikemukakan oleh de Saussure, yaitu paradigma dan sintagmatik.
Firth berpendapat bahwa pertanyaan tentang realitas dapat melumpuhkan penyelidikan. Objek kajian linguistik menurut Firth adalah bahasa secara aktual. Firth mengatakan bahwa struktur berkenaan dangan hubungan sintagmatik antar unsur  dan sistem yang berhubungan dengan paradigmatik antar unit. Konteks situasi adalah konstruk sistematik yang diterapkan khusus untuk peristiwa sosial yang berulang terdiri atas berbagai tataran analisis. Tataran ini yaitu fonetik, fonologi, tata bahasa, kosa kata, dan bahasa.
Pendekatan situasional  untuk menganalisis situasi tuturan sebagai berikut:
1.    Hubungan dalam teks itu sendiri
2.    Hubungan sintagmatik antara unsure struktur yang dipertimbangkan dalam berbagai tataran analisis
3.    Hubungan paradigma istilah untuk memberikan nilai pada unsure struktur.
4.     Teks dalam hubungan dengan unsur nonverbal dengan hasil keseluruhan yang efektif
5.    Hubungan analisis antara bagian teks dan unsur khusus dalam situasi.
6.    Hubungan dalam konteks situasi
Komponen dasar dari makna keseluruhan adalah fungsi fonetik, fungsi leksikal, fungsi morfologi, dan fungsi sintaksis serta seluruh konteks situasi. Tataran pertama adalah fonetik dan fonologi. Pada tataran ini bunyi mempunyai fungsi berdasarkan (1) tempat terjadi; dan (2) kontras yang ditunjukkan dengan bunyi yang dapat terjadi ditempat yang sama.

Ferdinand De Saussure
De Saussure pertama kali dikenal berdasarkan gagasannya yang cemerlang tentang pembedaan dasar antara pandangan sinkronik dan diakronik terhadap bahasa serta perbedaan antara pengertian langue (sistematika bahasa) dengan parole(penggunaan bahasa). Secara garis besar, gagasan-gagasan  Saussure dapat dibagi ke dalam tiga kelompok.
Pertama, ia memformulasikan dan mengeksplisitkan hal-hal yang diasumsikan atau diabaikan oleh para pakar linguistik sebelumnya, yakni dua dimensi mendasar dan esensial dari kajian lingustik : sinkronik, yang memperlakukan bahasa-bahasa sebagai sistem lengkap komunikasi pada suatu saat tertentu, dan diakronik, yang memperlakukan faktor-faktor pengubah yang mempengaruhi bahasa pada suatu kurun waktu diperlakukan secara historis. Pembedaan terhadap kedua hal ini dilakukan karena masing-masing melibatkan metode-metode dan azas-azasnya sendiri disamping sifat keduanya yang esensial dalam berbagai kajian linguistik.
Kedua, ia membedakan kompetensi linguistik penutur dengan peristiwa sebenarnya atau data linguistik (ujaran) sebagai langue dan parole. Jika parolemeliputi data yang langsung bisa diperoleh, objek pakar linguistik yang sebenarnya ialah langue dari tiap-tiap masyarakat, yakni leksikon, tata bahasa, dan fonologi yang tertanam dalam diri masing-masing individu masyarakat penutur suatu bahasa, dan berdasarkan langue tersebut maka ia bertutur dan memahami bahasanya.
Ketiga, Saussure menunjukkan bahwa setiap langue harus dilihat dan dideskripsikan secara sinkronik sebagai suatu sistem unsur-unsur  yang saling terkait, yaitu unsur leksikal, gramatikal, dan fonologis, dan bukan sebagai suatu kumpulan yang dapat berdiri sendiri. Istilah-istilah linguistik harus didefinisikan secara relatif antara satu dengan yang lainnya, tidak secara mutlak. Dalam suatu bahasa antarhubungan-hubungan ini terletak pada masing-masing dari kedua dimensi mendasar struktur linguistik sinkronik, yaitu sintagmatik, menurut rangkaian ujaran, dan paradigmatik (asosiatif), dalam sistem-sistem unsur-unsur kontrasif atau kategori.

Aliran Praha
Aliran Praha adalah sekelompok ilmuwan Cekoslovakia dan lain-lainnya, termasuk Roman Jakobsonyang pada tahun 20-an bersama-sama mendirikan Cercle Lingistique de Prague. Aliran ini dianggap sebagai sambungan terpenting dari strukturalisme yang dikemukan oleh de Saussure. Aliran ini menerapkan gagasan Saussure terutama di bidang sistematika bunyi dalam bahasa yang kemudian melahirkan evaluasi terhadap teori fonem.
Satu gagasan penting yang berasal dari Aliran Praha ialah gagasan bahwa fonem-fonem itu sendiri pun dapat dianalisa lagi menjadi sejumlah terbatas ciri pembeda (distinctive features), atas dasar keserupaan dan perbedaannya satu dengan yang lain. Analisis bunyi bahasa kedalam ciri-ciri artikulasi unsurnya bukanlah hal yang baru, akan tetapi analisis fonem sebagai satu kesatuan dalam tingkat fonologis, yang diwujudkan oleh bunyi bahasa, ke dalam deretan teratur dari kontras khusus antara sejumlah kecil ciri yang membedakan arti merupakan suatu kemajuan dalam teori fonologi dan metode deskriptif.
Ketika perubahan bunyi ditinjau kembali berdasarkan teori fonem, dan dengan ini juga bunyi-bunyi bahasa dipahami membentuk sistem kontras yang saling berhubungan, perhatian diberikan kepada evolusi sistem fonologis alih-alih kepada perubahan bunyi terpisah dan yang dianggap terlepas satu sama lainnya. Pendekatan ini dilakukan dari dua arah :
1.    hasil akhir perubahan bunyi ialah suatu sistem fonologis yang berbeda, kecuali kalau perubahan-perubahan itu berkaitan hanya dengan perbedaan fonetik dalam batas-batas dari himpunan kontras yang ada. Jakobson menelusuri rangkaian /k/ dan /g/ dalam bahasa Latvia yang mengembangkan alofon-alofon depan sebelum vokal-vokal depan /i/ dan /e/ ([ts] dan [dz]), dan ini menjadi fonem-fonem yang terpisah, yaitu /ts/ dan /dz/, yang kontras dengan /k/ dan /g/, setelah /ai/ menjadi monoftong, /i/; Fourquet meninjau kembali dan menafsir ulang perubahan-perubahan bunyi bahasa Jerman yang membentuk ‘Hukum Grimm’ dari sudut evolusi sistem alih-alih perubahan bunyi tertentu, dan telah berupaya menjelaskan gejala historis ini sebagai mempertahankan pertentangan fonologis di bawah tekanan perubahan umum yang berturut-turut di dalam kekuatan artikulasi di pihak penutur.
2.    perubahan bunyi dapat dianggap bukan dalam hubungannya dengan akibat sistemisnya tetapi dari sudut pandang penyebab sistemisnya. Penyebab terjadinya perubahan bunyi selalu dilihat dalam kondisi-kondisi  ketika bahasa ditransmisi sebagai kemampuan yang dipelajari secara sosial dari generasi ke generasi. Faktor-faktor eksternal seperti kontak bahasa, kedwibahasaan, pengaruh-pengaruh lapisan bawah dalam masyarakat dalam kasus di mana bahasa asing dipaksakan terhadap sebuah masyarakat bahasa, dan pengaruh sistem tulisan dan lain-lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar