Sabtu, 14 Desember 2013

Aliran Tagmemik


Penyusun : ( Kelompok Bunga Krisan)

1.    UMI NURHIDAYATI              NIM  137835059 (Pengunggah)

2.      A. ERNEST NUGROHO        NIM  137835070

3.      PRASTIWI                               NIM  137835069

ALIRAN TAGMEMIK
TEORI, ANALISIS, dan  PENERAPAN DALAM KALIMAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Salah satu pendekatan untuk mempelajari bahasa menekankan bahwa manusia sebagai pemakaia bahasa  mempengaruhi hakikat satuan-satuan bahasanya. Reaksinya terhdapa bahasa menjadi bagian dari data yang hars dipelajari dalam studi bahasa, karena anggapan dalam reaki adalah bgaian dari definisi  struktur bahasa. Daftra dan jenis benda yang ditemukan pengguna bahasa akan sangat berbeda karena bergantung teori yang dipegangnya. Teori yang dipakai akan memunculkan beberapa implikasi, karena teori itu merupakan bagian dari pengamat. Implikasi  berangkai itu adalah 1)  teori yang berbeda membentuk pengamat yang berbeda, 2) pengamat yang berbeda melihat benda yang berbeda atau benda sama tetapi menanggapnya tersusun secara berbeda, 3) struktur pada batas tertentu  harus merupakan bagian data dari  teori bahasa yang memadai. Hal ini terlihat dari perjalanan aliran linguistik mulai dari tradisional, struktural, transformasional, dan tagmemik.
Aliran linguistik tertua adalah aliran Tradisional (abad IV) dipelopori oleh Plato dan Aristoteles dengan menggunakan dasar pemikiran filsafat. Tata bahasa mereka dinamakan tata bahasa Normatif. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah secara ketat dan konsisten. Aliran ini masih mencampuradukan bahasa dalam arti yang sebenarnya dengan tulisan. Tokoh-tokoh diantaranya: Zaandvoort, C.A Mees, Van Ophuysen, R.O Winstedt, Poedjawijatna, Tardjan Hadidjaja.
Selanjutnya pada awal abad XX lahir aliran Struktural yang dipelopori oleh Ferdinan de Saussure berlandaskan pada pola pemikiran behavioristik. Bahasa dirumuskan sebagai suatu sistem tanda arbriter yang konvensional. Kegramatikalan ditetapkan berdasarkan keumuman. Level gramatikal tertata secara pilah dari morfem, kata, frase, klausa dan kalimat. Tokoh-tokoh diantaranya: Leonard Bloomfield, Eugine Nida, Charles F. Hockett, Ch. C. Fries, Eduard Sapir, N.S. Trubetzkoy, Willem Francis Mackey, R. Jacobson, Martin Joos, Anton Moeliono, M. Ramlan.
Berikutnya pada tahun 1967 muncul aliran Transformasi yang dipelopori oleh N. Chomsky berdasarkan pada paham mentalistik. Bahasa merupakan proses kejiwaan di lapis batin. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah yang diterapkan secara kreatif. Dalam level gramatikal aliran ini tidak mengakui adanya klausa. Tokoh- tokoh yang disebut antara lain P. Postal, J.A. Fodor, M. Halle, R. Palmatier, L. Lyons, Y.P.B. Allen, P. Van Buren, R.D. King, R.A. Jacobs, J. Greene.
Mengiringi perkembangan aliran Strukturalisme muncul aliran Relasionalisme. Nama lain aliran ini ialah Stratifikasionalisme. Aliran ini beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu perangkat hubungan antar bagian yang membangun satu seri tata urut tataran- tataran didalam suatu struktur yang berkaitan satu sama lain. Tokoh- tokoh yang dapat disebut anntara lain Hielmsev, S. Lamb, F. West, Geoffery Sampson. Setelah itu muncul aliran yang lain yakni Case Grammer. Aliran ini memfokuskan kajiannya pada masalah peran (role). Peran adalah ciri atau penanda dalam struktur gramatik yang merupakan pembawa fungsi suatu komponen didalam struktur. Tokoh- tokoh yang dapat disebut antara lain J.M. Anderson, Ch. J. Fillmore, R.E. Longacre, W.A. Cook.
Setiap aliran memiliki kelemahan dan sekaligus memiliki keunggulan yang  mengakomodasi keistimewaan dari setiap aliran-aliran tersebut untuk diwadahi dalam peta yang proporsional.Aliran Tradisional mempunyai keunggulan dalam analisis fungsi-fungsi kalimat, aliran Struktural mempunyai keunggulan dalam analisis kategori-kategori gramatikal, aliran Case Gramar mempunyai keunggulan dalam analisis peran dan aliran Relasionalis mempunyai keunggulan dalam analisis hubungan antar bagian di dalam struktur. Disinilah implikasi teori merupakan bagian dari pengamat  sangat terlihat.
Dalam pengertian itu, teori tagmemik merupakan teori dari berbagai teori  yang menyatakan bagiamana  pengamat secara universal  mempengaruhi data dan menjadi bagian dari data tersebut.  Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika teori tagmemik  tidak dapat membatasi minatnya hanya pada bahasa tetapi harus  memandang bahasa  dalam konteks yang lebih luas, yaitu mempelajari bahasa nonverbal secara umumdan juga dalam konteks prilaku pengamat yang khusus. Tagmemik  adalah sebuah teori dalam linguistic karena memiliki sebuah nilai teori yang mencakup sebuah model yang memungkinkan tes lebih mendalam dan sistematis untuk hubungan antarvariabel. Tagmemik dapat mengantisipasi sifat kelemahan sebuah teori.
Sebuah teori ilmiah dikatakan bagus apabila teori itu menyisihkan dengan bijak materi yang relevan bagi pertanyaan lain tetapi yang tidak relevan  bagi pertanyaan yang sedang diajukan. Sebuah permasalahan akan muncul jika cakupan data  yang dengan atau tidak sengaja disisihkan oleh teori  yang sebenarnya dapat merupakan teori yang berhasil. Menurut Pike (1992:5) tagmemik adalah salah satu teori linguistik yang seharusnya menjadi acuan pemililihan teori. Hal tersebut dikarenakan tagmemik mencakup perbaikan teknik untuk mengajar bahasa asing, penyiapan alphabet, pengejaran komposisi pada tingkat pertama, dan penyediaaan kerangka acuan multidisiplin ilmu (bahasa dan kebudayaan dan bahasa dengan psikologi  atau filsafat). Sejalan dengan pendapat Carnap (dalam Pike 1992:6) tagmemik  menggunakan pendekatan deduktif  yang memiliki tiga bagian asumsi. 1) seperangkat kalimat aksiomatik awal yang berisi istilah dasar yang tidak didefinisikan oleh teori itu. 2) adanya penafsiran dengan rumus untuk  mengamati  data yang dianalisis. 3) perkiraan spesifik tentang data yang akan ditemukan.

Menurut Pike (1992:8) teori tagmemik bermula dari sebuah keyakinan yang mendasari  pernyataan yang menuntut sikap konsekuensi dan komitmen. Oleh karena itu tagmemik memiliki sebuah penawaran konsep yang dapat digunakan untuk memahami dan memanfaatkan teori tersebut. Konsep yang diberikan dalam toeri tagmemik digunakan untuk memahami perilaku  manusia termasuk hakikat berbahasa dan untuk menemukan struktur prilaku tersebut. Konsep  dalam tagmemik sebagai teori linguistik melengkapi konsep pratagmemik dalam perspektif, yakni bersifaf tagmemik, yang berasal dari bahas inggris tactics (taktik). Kata tersebut menunjukkan susunan terstruktur yang relevan  dari satuan-satuan behavioral dalam hubungan dengan pandangan (emik) orang dalam tentang system behavioral.
 Menurut  A Cook (1969: 7) dijelaskan bahwa  tagmemik adalah
 “This unit was  lebeled the tagmem, from the greek word tagma meaning”arrangement” and posited as the fundamental  unit of grammatical arrangement, corresponding to the units of sound in phonology and the units of meaningful form in morphology.”

Aliran tagmemik  menarik untuk dibahas, selain sebagai perkembangan  aliran linguistik terakhir; karena ranah model analisis bersifat kompleks mulai dari morfem hingga wacana, juga tagmemik  adalah teori linguistik yang elektik dan eklektik yang memilih unsur-unsur tertentu yang cocok untuk dipadukan menjadi satu kesatuan di dalam model analisis.
   Hal  lain  yang melekat pada tagmemik adalah  pengkajian aspek linguitik yang saling melengkapi dalam perspektif, memperkenalkan pada sebuah satuan, terdapat konteks hierarki dalam jalinan hierarki, serta adanya relevansi konteks. Sejalan dengan pemikiran A Cook (1969: 7) yang menyatakan bahwa :
Tagmenic  model, the resulting tagmemic model contains a grammar, a lexicon, and phonological component. Tagmemic analysis is a set of procedur f the description of language, with a basic grammatical unit called tagmem mapped into string type constructions located at specific level in grammar. The system was designed to meet correct field problem. Because of the large number of linguistist who have come to use the system  and the frequency of their publications, the system of tagmemic  analyisis is now of the major system of analysis in modern linguistics science.

1.2    Fokus Permasalahan
Beberapa hal yang akan dibahas  dalam tulisan ini adalah :
a.       ciri-ciri aliran linguistik tagmemik
b.      tokoh-tokoh aliran linguistik tagmemik
c.       kelebihan dan kekurangan aliran linguistik tagmemik
d.      penerapan analisis aliran linguistik  tagmemik dalam kalimat


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ciri Aliran Tagmemik
    
 Menurut Pike (1992:17) Aliran linguistik tagmemik memperkenalkan ciri berupa  satuan yang tampak pada sebuah satuan berbentuk partikel yang berwujud benda nonbenda sebagai benda. Seperti abstraksi keindahan atau kekuatan dalam kalimat seperti keindahan itu sangat disukainya atau makanan itu sangat disukainya; suatu kekuatan telah menggoncangkan kami atau Bom itu mengguncangkan kami. Dari beberapa kalimat tersebut terlihat bahwa kelas unsur dapat diperlakukan seolah-olah kelas itu merupakan sebuah satuan.
Partikel dalam bahasa  juga menjadi objek kajian dalam tagmemik. Partikel bahas dapt berupa bentuk bahasa, kata, bahkan ada partikel bahasa yang lebih besar daripada kata. Pada kalimat anjing galak itu menggigit tukang pos; Buldog itu menggigit tukang pos. partikel anjing galak itu adalah satuan yang lebih kecil, yaitu frase yang berfungsi sebagai subjek dalam klausa tersebut dan frse tersebut dapat digantikan dengan Buldog. Partikel dalam urutan linier dan spasial juga menjadi bahasan dalam tagmemik. Tagmemik menyebutkan ada unsure gelombang bahasa, yakni pemaduan bunyi bahasa yang berurutan, nukleas dan margin gelombang yang mencakup gelombang referensial.
Dalam konteks  bentuk satuan, Pike (1992:37)  dapat menggunakan rekognisi via kontras dan kemiripan, membanding-bandingkan untuk menemukan kontras, kontras dalam kerangka kontekstual, kotras dilihat dalam bentuk matriks, kontras dalam makna lisan dan perilaku. Adapun distribusi satuan itu adaalah satuan sebagai anggota sutu kelas subtitusi, satuan sebagai bagian suatu deretan struktural, dan satuan sebagai titik dalam suatu satuan. Paparan konsep bentuk satuan memperlihatkan cakupan tagmemik pada ranah tatana kalimat (sintaksis), leksikon, dan komponen fonologi. Keterkaitan satuan dalam konteks tagmem adalah sebagai berikut:
Menurut Pike (1992:9) beberapa alat konseptual dalam teori tagmemik adalah:
Perspektif sebagai sudut-sudut pandang pengamat yang saling melengkapi
Elemen terlihat sebagai partikel
Elemen terlihat sebagai gelombang
Elemen terlihat sebagai sebagai medan

Satuan dianggap terstruktur
Dengan komponen-komponen (cirri-ciri) kontrastif-identifikasional
Dengan menifestasi varian
Dengan distribusi yang sesuai dengan kelas, urutan, dan siste

Hierarki-hierarki satuan sebagai bagian dari keseluruhan
Fonologis
Gramatikal
Referensial

Konteks dianggap relevan
Dengan komposit bentuk-makna
Dengan perubahan
Dengan semesta alam
      
       Berbagai konsep lain   yang juga bersinergi  dengan konsep di atas  seperti norma, peran, neuklas, leksikon, dan emik. Menurut Soeparno (2008:9-15)  karakteristik toeri tagmemik adalah sebagai teori kesemestaan, bersifat aklektik, setiap struktur gramatik tergabung atas tagmem-tagmem, memiliki ciri hierarki refernsial dan fonologikal,  memiliki tatanan normal (Normal Mapping)dan tak normal; Level skipping (loncatan tataran), Layering, Back Looping, kalimat tidak memiliki subjek dan predikat, predikat harus berupa kata kerja (frase kerja), tidak ada batas antara morfologi dengan sintaksis, analisis dimulai dari wacana, penggunaan rumus dalam analisis tagmemik.

2.1.1 Teori Kesemestaan
Teori kesemestaan  beranggapan bahwa semua bahasa yang ada di dunia ini di samping memiliki ciri khasnya masing- masing juga memiliki ciri atrau karakter yang sama untuk semua bahasa. Atas dasar ini anggapan banyak orang bahwa aliran Tagmemik hanya dapat diterpkan untuk bahasa inggris dan bahasa- bahasa yang setipe dengannya dapat ditepis. Bahkan konsep kesemestaan dalam aliran Tagmemik tidak hanya terbatas dalam artri dapat diterapkan untuk semua bahasa tetapi juga dalam arti dapat diterapkan untuk bidang-bidang kehidupan di luar bahasa.
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Pike(1992:114) bahwa semseta wacana itu mengacu  pada kerangka acuan yang umum, sementara, dan agak permanen, baik implicit maupun eksplisit, yang di dalamnya terdapat dialog. Kerangka acuan tersebut dapat mengacu pada topic, gaya, jenis wacana, disiplin, atau harapan umum penutur dan pendengar, mencerminkan komponen kohesi tagmem apa saja dalam hierarki referensial sehubungan dengan kebenaran dan  sejarah khusus, mencakup hubungan yang berkaitan dengan ruang, waktu masyarakat atau psikologi pribadi, mencakup sfaktor kohesi fonologis dari kualitas suara yang dikendalikan oleh gaya atau situasi emosional, atau mencakup keutuhan (kohesi) gramatikal yang mengendalikan atau dikendalikan oleh bentuk sastra.
2.1.2        Sifat Eklektik
Aliran Tagmeik bersifat eklektik karena secara substansial aliran ini adalah perpaduan dari aneka macam teori yang dirangkum menjadi satu. Karakteristik aliran linguistik tertentu dipilih dan ditempatkan secara proporsional sesuai dengan peran masing-masing. Karakteristik analisis fungsi pada teori Tradisional ditempatkan pada dimensi slot. Karakteristik analisis unsur langsung atas kategori gramatikal pada aliran Struktural dan analisis surface structure pada aliran Transformasi ditempatkan pada dimensi fillerclass. Karakteristik analisis peran pada Case Grammar ditempatkan pada dimensi role atau peran. Karakteristik hubungan antarunsur pada aliran Relasionalisme ditempatkan pada dimensi kohesi.
Beberapa ahli bahasa beranggapan/menilai bahwa pada dasarnya aliran Tagmemik tidak memiliki karakteristik yang khas sebab hanya sekedar merangkum karakteristik teori-teori yang ada sebelumnya. Anggapan tersebut sebenarnya sangat tidak tepat. Memang dalam hal dimensi tagmem demikian adanya, namun pada statement- statement- nya tentang hakikat kalimat, klausda predikat, dan hierarki gramatikal, aliran Tagmemik memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan aliran sebelumnya.
2.1.3        Setiap Struktur Gramatik Terbangun atas Tagmem-tagmem
Setiap struktrur gramatikal baik dalam tataran wacana, percakapan, dialog, monolog, paragraf, kalimat, klausa, frase, maupun kata terbangun atas tagmem- tagmem. Tagmem adalah unsur dari suatu kontruksi gramatik yang memiliki empat dimensi, yakni dimensi slot, klas, peran, dan kohesi (Pike dalam Soeparno, 2008:11)
a.       Slot
Slot adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan tempat kosong didalam struktur yang harus diisi oleh fungsi tagmem. Di dalam tataran klausa, fungsi tagmem tersebut berupa subjek, predikat, objek, adjung, dan komplemen. Pada tataran yang lain pada umumnya berupa nucleus (inti) dan margin (luar inti).
b.      Klas atau Filter Class
Klas adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan wujud nyata dari slot.
Wujud nyata dari slot dapat berupa satuan lingual, seperti morfem, kata, frase, klausa, kalimat, alinea, monolog, dialog, ataupun wacana. Adakalanya juga klas dipecah menjadi satuan yang lebih kecil atau spesifik seperti: kata benda, kata kerja, kata sifat, frase benda, frase kerja, frase sifat, klausa transitif, klausa intransitif, klausa ekuatif dan sebagainya.
c.       Peran atau Role
Peran adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan pembawa fungsi tagmem. Dalam sebuah klausa , subjek dan predikat adalah slot, pelaku dan penderita adalah peran, serta frase benda dan frase kerja adalah klas.
d.      Kohesi
Kohesi adalah salah satu dimensi tagmem yang yang merupakan pengontrol hubungan antar tagmem. Pengontrol tersebut biasanya berupa bertanda. Berdasarkan penanda itu dapat diketahui tagmem mana yang berhubungan dengan tagmem lain atau mungkin dapat juga terjadi tagmem mana yang kehadirannya tergantung kepada tagmem lain.
2.1.4        Ciri Hierarkhi
   Menurut  Pike (1992:85)  dalam aliran tagmemik  terdapat tiga hierarki, yakni:
a.       Hierarki Referensial
Hierarki ini mengatur tata makna yang merentang dari makna lexical package (bungkus leksem), term (istilah), propoisition (proposisi), theme development (pengembangan tema), sampai ke sosial interaction (interaksi sosial). Makna bungkus leksem berada pada tataran morfem dan gugus morfem, makna istilah berada pada tataran kata dan frase, makna proposisi berada pada tataran klausa dan kalimat, makna pengembangan tema berada pada tataran paragraf dan monolog, sedangkan makna interaksi social berada pada tataran dialog dan percakapan.

b.      Hierarki Fonologikal
Hierarki ini mengatur tata bunyi dari satuan- satuan bunyi sampai ke suku kata. Yang termasuk dalam hierarki ini tekanan, nada, tempo, intonasi, dan jeda/ kesenyapan. Aliran Amerika memilah hierarki fonoogikal ini menjadi dua kelompok, yakni sifat -emik dan sifat –etik. Kelompok yang sifatnya –emik dikaji dalam anak subdisiplin linguistikyang bernama fonemik, sedangkan yang bersifat etik dikaji dalam anak subdisiplin linguistik yang bernama fonetik.

c.       Hierarki Gramatikal
Ciri khas aliran Tagmemik dalam hal hierarki Gramatikal. Hierarki gramatikal pada aliran Tagmemik merentang dari morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, monolog, dialog, percakapan, sampai wacana (
2.1.5        Tatanan Normal dan Tak Normal
Hierarki gramatikal dalam aliran Tagmemik pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yakni tatanan normal (normal mapping) dan tatanan abnormal (abnormal mapping) yang meliputi level skipping, layering dan back looping.
2.1.5.1  Tatanan Normal (Normal Mapping)
Tatanan normal adalah suatu urutan jenjang dalam struktu gramatikal yang unsur langsungnya memiliki tataran satu tingkat lebih rendah. Unsur langsung wacana adalah percakapan, unsur langsung percakapan berupa dialog berupa monolog, unsur langsung monolog berupa paragraph/ alinea, unsur langsung paragraph berupa kalimat, unsure langsung kalimat berupa klausa, unsur langsung klausa berupa frase, unsur langsung frase berupa kata, unsur langsung kata adalah morfem.
Tataran di atas kalimat adalah kalimat dengan kalimat membentuk alinea, alinea dengan alinea membentuk monolog, monolog dengan monolog membentuk dialog, dialog dengan dialog membentuk percakapan, percakapan dengan percakapan membentuk wacana. Tataran tertinggi dalam aliran Tagmemik adalah wacana.
Tataran kalimat ke bawah yaitu morfem dengan morfem membentuk kata, kata dengan kata membentuk frase, frase dengan frase membentuk klausa, klausa dengan klausa membentuk kalimat.
Beberapa ahli bahasa menyusun definisi satuan- satuan gramatik dari kalimat bawah, yakni  Kalimat, Klausa, Frase, Kata, dan Morfem
2.1.5.2  Tatanan Tak Normal (Abnormal Mapping)
Menurut Soperno (2008:18) tatanan tak normal merupakan tatanan yang tidak mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku pada tatanan yang normal. Tatanan tak normal terdiri atas tiga jenis, yakni level skipping (loncatan tataran), layering(pelapisan), dan back looping (hierarki terputar).
a.      Level skipping (Loncatan Tataran)
Level skipping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yng memiliki ciri bahwa unsur langsung suatu struktur gramatik tidak setingkat lebih rendah, tetapi beberapa tingkat lebih rendah.
b.      Layering (Pelapisan)
Layering adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yang memiliki ciri bahwa unsure langsung suatu struktur gramatik tidak satu tingkat lebih rendah, tetapi justru sama levelnya dengan struktur gramatik tersebut.
c.       Back Lopping (Hierarki terputar)
Back lopping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yang memiliki ciri bahwa unsure suatu struktur gramatikal tidak satu tingkat lebih rendah, tetapi justru lebih tinggi levelnya dari struktur tersebut.

2.1.6        Kalimat Tidak Memiliki Subjek dan Predikat
Pada aliran Tradisional dan beberapa aliran lain selalu menganalisis kalimat atas S-P, S-P-O, atau S-P-O-K. Hanya aliran tagmemiklah yang berani menyatakan dengan tegas bahwa slot S-P-O, maupuN K bukan pada tataran klausa.
Slot subjek, predikat, objek, ataupun komplemen adalah slot yang diperuntukkan bagi suatu struktur gramatik yang hubungan antara tagmem- tagmem partisipannya berupa hubungan string dimana antara unsur yang satu tidak ada yang lebih penting dari yang lain atau membentuk suatu untaian. Itulah sebabnya klausa menduduki untaian yang istimewa di dalam aliran Tagmemik.
Kalimat terdiri atas unsur- unsur yang berupa klausa. Hubungan antar klausa yang satu dengan yang lain tidak berupa hubungan string, tetapi berupa hubungan nucleus(inti) dan margin (luar inti), atau topik (pokok) dan comment (sebutan).

2.1.7        Predikat Harus Berupa Kata Kerja/Frase Kerja
Menurut teori Tagmemik slot predikat harus diisi oleh klas kata kerja/ frase kata kerja tidak mungkin mengisi slot predikat. Dengan demikian tidak aka nada istilah kalimat nominal.
2.1.8        Tidak Ada Batasan antara Morfologi dengan Sintaksis
Pada aliran Struktural bidang Morfologi dan Sintaksis dipisahkan secara tegas. Urusan kata dan morfem menjadi wilayah morfologi, sedangkan urusan frase, klausa, dan kalimat menjadi wilayah sintaksis. Pemisahan semacam ini ada kalanya dapat diterapkan tanpa ada masalah, tetapi adakalnya juga bermasalah.
2.1.9        Analisis Dimulai dari Wacana
Aliran Struktural memulai analisisnya dari analisis kata (Nida, 1949), sedangkan aliran Transformasi memulai analisisnya dari kalimat (Chomsky, 1957). Aliran Tagmemik juga menganalisis kata dan menganalisi kalimat, tetapi titik awal analisisnya dimulai dari analisis wacana. Semua level gramatik menjadi bidang kajiannya yang merentang dari wacana sampai ke morfem. Tidak ada pemisahan bidang wacana, sintaksis, dan morf ologi. Dalam Soeparno  (2008:28) dijelaskan bahwakedudukan klausa pada aliran tagmemik  dianggap sebagai satuan gramatik yang unik, yakni sebagai satuan lingual terkecil yang bermakna proposisi dan merupakan hubungan string (untaian)

2.1.10    Pembedaan Ciri-Etik dan Ciri-Emik
Aliran Tagmemik mulai menegakkan eksistensi ciri –etik dan ciri-emik di dalam suatu struktur. Pembedaan ciri ini sudah mulai muncul pada aliran Struktural meski belum ditekankan. Ciri –etik adalah suatu ciri yang tidak membedakan, sedang ciri –emik adalah suatu ciri yang bersifat membedakan. Pada aliran Struktural terbatas pada pembedaan Fonetik dan Fonemik saja. Pada aliran Tagmemik penggunaan dan penerapan ciri-ciri tersebut lebih luas lagi sampai pada pembedaan ciri peran dan pembedaan tipe-tipe klausa. Ciri etik dan emik pada tataran berdampak pada klasifikasi tipe klausa, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori yakni tipe klausa berdasarkan peran –etik dan tipe klausa berdasarkan peran –emik.

2.1.11    Menyukai Analisis Bahasa yang Belum Dikenal
Menurut Pike  (1982:24) Aliran Tagmemik sangat tertarik untuk menganalisis bahasa yang belum dikenal. Analisis terhadap bahasa yang tidak dikenal atau sudah diketahui kaidahnya tidak begitu signifikan sebagai suatu temuan. Oleh karena itu para penguat alliran tagmemik rela berpayah-payah ke tempat yang jauh demi memburu bahasa yang belum pernah dijamah peneliti.
Analisis biasanya dilakukan dengan melalui tahap-tahap  1) Pengumpulan data, 2) Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis dan penyusunan peta kerja, kadang-kadang , 3) diagaram pohon, 4) Pembuatan rumus utama,  
5) Penyusunan rumus bawahan, 7) Pembacaan rumus dan 8) Identifikasi klas morfem.


2.2      Tokoh Aliran Tagmemik

Sebelum aliram tagmemik lengkap peneliti, yakni Walter A Cook, S.J dengan bukunya yang berjudul Introduction to Tegmemic Analysis.  Menurut Cook (1969:12) aliran tagmemik (dalam artian aliran tagmemik yang lengkap) dipelopori  oleh Kenneth  L. Pike seorang tokoh dari summer institute of linguistic, yang mewariskan pandangan-pandangan  Bloomfield sehingga aliran ini bersifatstrukturalisme dan antropolog dan juga E.G. L Pike pada tahun 1977 bersamaan dengan terbitnya buku Grammatical Analysis. Tokoh aliran  tagmemilk dianut oleh Evelyen G. Pike serta Dan Allen.

2.3     Kelebihan dan Kekurangan Aliran Linguistik Tagmemik
2.3.1 Kelebihan Aliran  Linguistik Tagmemik
a.       aliran ini berwawasan eklektik sehingga prinsip-prinsip aliran pratagmemik dihargai  dan diperhitungkan  sesuai karakteristiknya
b.      dengan konsep semesta, bahasa apaupun dapat  dianalisis dengan teori tagmemik
c.       level gramatikalnya sangat lengkap dari morfem hingga wacana
d.      dalam pengajaran bahasa dapat digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan komunikatif dan pendekatan kontekstual
e.       fleksibilitas dalam analisis bahasa
f.       menempatkan subjek dan predikat pada klausa bukan pada kalimat
g.      mempertajam daya analisis; tidak sekedar menghafalkan prosedur dan menghafalkan simpulan






2.3.2        Kekuranga Aliran  Linguistik Tagmemik
a.       Tidak tampak kekhasan karena eklektik
b.      Terjadi ketidakaturan pada hierarki gramatikal dalam kasus bahasa bertipologi aglutinatif
c.       Pada masyarakat konservatif prediket harus kata kerja dan tidak ada istilah nominal belum berterima di semua msyarakat
d.      Analisis menggunakan rumus-rumus  rumit

2.4      Analisis Penerapan Tagmemik
Analisis tagmemik menggunakan rumus-rumus dengan singkatan istilah dan singkatan yang dipergunakan bebas dengan sifat konsisten (Soeparno, 2008:29). Rumus yang dipergunakan dibuat serapi, selengkap, dan setuntas mungkin.  Rumus mencakup slot, peran, kohesi, dan kohesi. Tahapan analisis dilakukan melalui tahap-tahap  1) pengumpulan data, 2) klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis disertai  penyusunan peta kerja, 3) diagram pohon,
4) pembuatan rumus utama,  5) penyusunan rumus bawahan, 6) pembacaan rumus dan 8) identifikasi klas morfem.
Analisis penerapan tagmemik adalah sebagai berikut.
a)      Pengumpulan data, yakni klausa “Sebuah candi ditemukan di Nganjuk.”
b)      Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis disertai  penyusunan peta kerja adalah sebagai berikut

NUC (IN)
  MAR (LIN)
SLOT
S
P
K
PERAN
Plk
Sta
Pelgkp

Sebuah Candi
ditemukan
di Nganjuk
KLAS
FB
FK
F Eks
KOHESI
-
T


STA
STA
c)      Diagram pohon dengan kalimat “Sebuah candi ditemukan di Nganjuk”

d)      Penyusunan Rumus utama

Rumus itu dibaca:
Klausa intransitif  terdiri atas tagmen subjek bersifat wajib dengan peran pelaku (Plk) yang diisi oleh kata benda, tagmen predikat wajib dengan peran statemen (Sta) yang disis oleh kata kerja, dan tagmen keterangan bersifat wajib dengan peran pelengkap (Pel)  yang diisi oleh frase eksosentrik.
a.       Penyusunan Rumus Bawahan

 

               Rumus itu  dibaca : Frase benda terdiri atas  tagmem, yakni tagmem inti (In)  bersifat wajib (t) dengan peran item yang diisi oleh kata benda





 


Rumus itu  dibaca : kata kerja terdiri atas  tagmem, yakni tagmem inti (In)   dengan peran pembentuk kerja  yang diisi oleh  konfiks (konf)


 


  



Rumus itu  dibaca : Frase presuposisi terdiri atas  tagmem luar inti bersifat opsional  dengan peran aspek pembentuk ketereangan yang diisi oleh morfem  preposisi

b.      Identifikasi kelas kata atau morfem

KB
MK
Konf:
Preposisi
sebuah
temu
di-kan
di-
candi



Nganjuk




BAB III
PENUTUP


            Aliran linguistik tagmemik adalah aliran eklektik yang membutuhkan suatu perincian dengan tingkat kemampuan mengeksplanasi data dalam tatanan kajian morfologi serta sintaksis. Keterbukaan tagmemik dalam bidang kajian yang tidak terpisah antara morfologi dan sintaksis  menjadikan objek kajian yang sangat luas. Namun demikian, linguistik tagmemik   menghadirkan analisis struktur sintaksis menjadi sangat rinci yang mengacu pada sifat semesta bahasa.

DAFTAR PUSTAKA


Pike, Kenneth L. 1982. Linguistics Concepts. Penerjemah Kentjanawati Gunawan. Judul Konsep Linguistik:Pengantar Teori Tagmemik. 1992.Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama

S.J, Walter A. Cook. 1969. Introduction to Tagmemic Analysis. New York : Georgetwon University.

Soperno. 2008. Aliran Tagmemik:Teori, Analisis, dan Penerapan dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:Tiara Wacana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar