TUGAS 3
ALIRAN TRANSFORMASI 2
(Draf 1)
KELOMPOK KENARI
Rusli Ilham
Fadli (137835014) (Pengunggah)
Achmad Endra
Gunawan (137835066)
Emalia Nova Sustyorini (137835073)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Aliran
transformasi generatif sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang
dilakukan oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig
Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic
Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya
karya Bloomfield Language pada tahun
1933. Teori ini dikembangkan
pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of Syntax pada
tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan
teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang
dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian
dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard
Theory". Pada tahun 1975 direvisi kembali dan diberi nama "Revised
Extended Standar dan revisi
terakhir dengan nama “government and binding
theory”.
Aliran
ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran struktural yang beranggapan bahwa
bahasa itu sifatnya learned dapat
dipelajari dari lingkungan sekitar dan kelayakan kajian kebahasaan ditentukan
oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif karena mengambil paham
positivisme yang mesyaratkan para peneliti bahasa untuk melekatkan dirinya pada
segumpal data bila ia mengadakan penelitian, sehingga penelitiannya kebanyakan
bersifat kuantitatif. Tidak demikian bagi Chomsky, bahasa menurut Chomsky
bersifat innate, artinya bahasa
merupakan keturunan dan sudah ada dalam jiwa manusia dan kajian linguistik
berkaitan dengan aktivitas mental yang probabilitas, dan bukan berhadapan
dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga dapat dianalisis dan
dideskripsikan secara pasti. Oleh sebab itu, Chomsky beranggapan bahwa teori
linguistik harus dikembangkan dengan bertolak dari kerja secara deduktif yang
dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu. Artinya, tugas para peneliti bukan
hanya mengambil kalimat terpisah, menamai bagian-bagiannya serta melihat
bagaimana bagian-bagian tersebut bekerja bersama-sama tetapi tugas utamanya
adalah membangun suatu teori bahasa.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Apa ciri-ciri aliran Transformasi?
2. Tokoh-tokoh aliran Transformasi?
3. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan aliran Transformasi?
4. Bagaimana analisis kalimat dalam aliran Transformasi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ciri-ciri Aliran Transformasi
Ciri-ciri
aliran transformasi menutur Alwasilah, (2009: 174-175) sebagai berikut.
1) Menyimpulkan bahasa sebagai penggunaan simbol yang tak terhingga
dengan alat yang terbatas.
2) Menegaskan harus adanya aturan gramatika tertentu yang menyeluruh
dan bisa menghasilkan kalimat-kalimat gramatik yang mungkin ada.
3) Membedakan kalimat dasar (sederhana, aktif, pernyataan) dengan
kalimat transformasi (majemuk, pasif, pernyataan).
4) Menegaskan bahwa setiap orang lahir dengan dianugerahi kemampuan
berbahasa (innate ability)
5) Struktur dalam (deep structure) adalah struktur dasar,
tetai takteramati yang ada dalam pikiran si pembicara/penanggap tutur dan
dengan competencenya mereka mentransformasikan struktur dasar tadi ke dalam
struktur luar (surface structure), yaitu ujaran dan tulisan. Kalimat
atau ujarannya ini merupakan performancenya.
6) Menganggap kegiatan bahasa sebagai tingkah laku yan dikendalikan
aturan-aturan, bebas dari stimulus. Aturan-aturan ini begitu ampuh hingga
membuat penutur asli mampu menyusun dan mengerti kalimat-kalimat baru yang
belum pernah dibuat dan didengarnya.
7) Menyatakan pentingnya pelibatsertaan makna dalam menyusun analisis
gramatika bahasa.
2.2 Tokoh-Tokoh
Aliran Transformasi
Aliran ini ditokohi
oleh Noam Chomsky, yang kemudian terkenal dengan sebutan tata bahasa
transformasi (Transformational Generative Grammar). Teori ini rupanya
mengalami perkembangan berkat hasil penelitian Noal Chomsky dan
pengikut-pengikutnya seperti: Postal, Fodor, Hale, Palmatier, Lyons, Katz,
Allen, Van Buren, R. D. King, R.A. Jacobs, J. Green. Oleh karena itu, lahirlah
sebutan versi 1951, versi Aspects, teori standar (standard theory),
teori standar yang diperluas (exended standard theory), bahkan beberapa
tahun terakhir ini Lakoff, Mc Cawley memperkenalkan apa yang mereka sebut generative
semantics. Chomsky mengemukakan pendekatan baruyang dikemukakannya dalam
buku yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957, yang kemudian
dikembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam buku
Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada
tahun 1965. Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan
oleh Chomsky ini adalah Transformational Generative Grammar; tetapi
dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi atau tata
bahasa generatif (Pateda, 2011:118-119).
2.3 Kelebihan
dan Kekurangan Aliran Transformasi
Kelebihan Aliran Transformasi
1) Proses berbahasa
merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
2) Secara tegas memisah
pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance)
3) Dapat membentuk
konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
4) Dengan pembedaan kalimat
inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
5) Dapat menghasilkan
kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
Kekurangan Aliran Transformasi
1) Tidak mengakui
eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat
2) Bahasa merupakan innate
walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau
dilatih mustahil akan bisa.
3) Setiap kebahasaan selalu
dikembalikan kepada deep structure.
2.4 Analisis
Kalimat dalam Aliran Transformasi
1) Komponen Sintaksis
Komponen sintaksis dalam
aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat,
disamping komponen semantik dan komponen fonologi. Sintaksis adalah organisasi
kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa.
Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah menentukan hubungan antara
pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya dengan cara mengatur urutan
kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan
oleh penuturnya. Berikut contohnya :
“Kuda itu menendang
petani.”
Setiap penutur bahasa Indonesia dengan
kompetensinya mengenai bahasa Indonesia akan bisa menentukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Kalimat tersebut adalah
kalimat berterima, baik, dan lengkap.
2. Kalimat tersebut terdiri
atas beberapa kata
3. Dalam kalimat tersebut,
kata kuda adalah sebuah nomina, kata menendang adalah sebuah verba, kata petani adalah nomina, dan kata itu adalah atribut yang berfungsi untuk
menunjuk sesuatu yang dimaksud.
4. Jika dipenggal kata
tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:
a. Kuda itu/ menendang
petani (tidak mungkin) ………. 1
b. Kuda/ itu menendang
petani itu (atau) ………. 2
c. Kuda itu menendang/
petani itu
………. 3
Jadi dapat disimpulkan, pertama setiap penutur bahasa Indonesia
akan merasakan bahwa kata yang pertama lebih natural bergabung dengan kata itu adalah kata kuda daripada dengan kata menendang.
Kemampuan inilah yang disebut sebagai competence
(kompetensi) yaitu hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata
bahasa Indonesia. Kedua, dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat
ditarik kesimpulan bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal
belum tentu berterima secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan
semantik itu diperlukan.
2) Komponen Semantik
Teori linguistik
transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada
beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain
(a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam
organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d)
konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan
sesudah kalimat yang menyertai kalimat
itu, (f) faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi
makan dan makan lagi menjadi
berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa
seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya:
1. Gadis itu sangat manis…. (bermakna
ganda yaitu cantik&baik hati)
2. Gadis itu sangat manis
rupanya……… (bermakna cantik)
3. Gadis itu sangat manis
budinya……… (bermakna baik hati)
Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap
kata memiliki filtur semantik (semantic
feature) dan penanda semantik (semantic
maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya kata bapak memiliki filtur {+benda},
{+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki}, {+menikah} {-beranak} dan kata
ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia},
{+dewasa}, {-laki-laki}, {+menikah} {+beranak}. Perhatikan contoh kalimat
berikut:
4. Ibu sedang hamil.
5. Bapak sedang hamil.
Jadi, jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki} dan ibu {-laki-laki},
sehingga kalimat ke (4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima.
Pengenalan filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh
setiap penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya.
Oleh karena itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima
dan mana kalimat yang tidak berterima.
3) Komponen Fonologi
Komponen fonologi
menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang memiliki
rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis menjadi
reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang diucapkan
oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi yang
membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi
fonologi disebut fon. Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan
berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baraŋ] dan [paraŋ]
yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak bedanya hanya
pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk bunyi hambat
bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah bunyi yang
tidak bersuara.
Komponen fonologi
memiliki dua peringkat, yaitu peringkat-dalam dan peringkat luar. Peringkat
dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada diperingkat luar.
Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi. Contohnya kata gerobak dalam bahasa Indonesia yang bentuk
pada peringkat dalamnya / gerobak/, tetapi dalam bentuk peringkat luarnya
seperti yang diucapkan oleh orang Jakarta adalah [gƏrobag].
Jadi, rumus fonologinya adalah:
[k] [g]/v - #
Rumus itu dibaca sebagai
[k] harus diganti menjadi [g] dalam pengucapannya, jika muncul pada akhir kata
(-#) dan didahului oleh bunyi vokal (v). Anak panah berarti berubah menjadi.
Rumus fonologi kata <gerobak> di atas bisa juga menjadi :
[k] [k]/v - #
atau
[k] [?]/v - #
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Basuki, Imam Agus. 2005.
Linguistika Teori dan Terapan. Yogyakarta: CV. Grafika Indah.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Samsuri. 1988. Berbagai
Aliran Linguistik Abab XX. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Pateda,
Mansoer. 2011. Linguistik Sebuah
Pengantar. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Hendri Guntur.
1988. Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
P2LPTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar